Senin, 31 Oktober 2016

Musim ini Menjadi Persaingan Paling Sengit Sepanjang Sejarah Liga Inggris

Menjelang pekan ke-10 di akhir pekan ini, Manchester City masih bertahan di puncak klasemen dengan poin 20. Tapi The Citizens bukan satu-satunya klub dengan jumlah poin tersebut karena Arsenal dan Liverpool juga sudah mengumpulkan nilai yang sama.

Sembilan pekan terlalui, persaingan papan atas ekstra ketat dengan lima tim cuma terpaut satu angka. Inikah awal musim tersengit di Premier League?

Hingga pekan kesembilan Liga Inggris 2016-2017, City masih memuncaki klasemen sementara Liga Inggris 2016-2017 dengan koleksi 20 poin. Sementara diposisi kedua dan ketiga ditempati oleh Arsenal dan Liverpool yang memiliki poin sama namun kalah selisih gol.

“Liverpool (adalah pemburu gelar juara), bahkan Man United juga. Meskipun mereka (Man United) berada sedikit di belakang,” jelas Cech, mengutip dari Soccerway, Sabtu (29/10/2016).

“Ini adalah musim yang panjang dan masih sedikit poin (yang diperebutkan). (Dan juga) Manchester City, Tottenham, kami (Arsenal), Chelsea, juga pasti ingin meraih kemenangan,” lanjutnya.

Cuma selisih gol yang membedakan ketiganya. City punya selisih gol +11, Arsenal +10, dan Liverpool +9.

Namun persaingan bukan cuma punya mereka bertiga karena Chelsea dan Tottenham Hotspur di urutan empat dan lima cuma terpaut satu angka. The Blues lebih unggul dengan selisih gol +10, sementara The Lilywhites punya selisih gol +9.

Meski kompetisi baru berjalan sembilan pekan, sengitnya persaingan di papan atas ini membuat kompetisi menjadi juara sangat sulit diprediksi.

“Saya bukan petaruh, tapi jika saya suka bertaruh maka saya tidak akan bertaruh pada siapa yang akan jadi juara. Itu berisiko besar akan membuat Anda kehilangan uang dalam jumlah besar,” ucap Jose Mourinho saat ditanya soal rivalitas musim ini.

Sementara itu BBC mencatat kalau tidak pernah sebelumnya terjadi ada lima tim di posisi teratas klasemen hanya berjarak satu poin setelah melewati sembilan pekan. Jarak terdekat antara lima posisi teratas setelah melewati jumlah pertandingan yang sama adalah tiga poin, itu terjadi di 1996/1997, 1997/1998, 2000/2001 dan 2001/2002.

Sementara jarak terjauh yang pernah tercatat antara urutan satu dan lima setelah sembilan pekan adalah 11 poin. Arsenal melakukannya di 2004/2005.

WOW, Hanya 1 Suporter yang Merayakan Kemenangan Klub ini

Sebuah cerita menarik datang dari sepakbola Swedia. Klub Gefle IF merayakan kemenangan mereka di kandang Kalmar FF di depan suporter mereka yang hanya berjumlah satu orang!

Ceritanya, Gefle IF mengalami penurunan performa akhir-akhir ini yang membuat mereka berada di posisi kedua dari bawah di kompetisi kasta tertinggi Swedia Allsvenskan.

Hal ini membuat para suporter enggan mendukung Gefle IF. Dalam lawatan ke markas Kalmar FF yang berjarak kurang lebih 1100 kilometer (pulang-pergi), rupanya hanya satu suporter yang berangkat mendukung Gefle IF.

Ternyata, lawatan ini menghasilkan tiga angka bagi Gefle IF. Gol tunggal dari Emil Bellander di menit 87 sukses membuat timnya bersuka cita.

Uniknya, setelah laga berakhir, para pemain Gefle IF memilih untuk merayakan kemenangan ini dengan menghampiri tribun di mana satu suporter mereka berada, dan mereka pun merayakannya bersama-sama.

3 Pemain Muda ini Dianggap Merusak Permainan Bayern

Bayern Munich memang sukses meraih kemenangan dalam laga kontra FC Augsburg, dalam laga putaran kedua Piala Jerman (DFB Pokal). Menjamu Augsburg di Allianz Arena, The Bavarians menang 3-1, 26 Oktober 2016.

Meski memetik kemenangan, performa Bayern dianggap tak maksimal. Ada tiga pemain yang dianggap tak bermain bagus dalam laga tersebut. Komentar ini datang dari mantan bintang Die Roten, Mehmet Scholl.

Ketiga pemain yang tampil jauh di bawah performa menurut Scholl adalah Julian Green, Kingsley Coman, dan bintang Portugal yang baru saja menerima penghargaan pemain muda terbaik dunia, Renato Sanches.

Sanches dan Coman dianggap Scholl terlalu egois dan terlalu lama menguasai bola. Keduanya juga disebut Scholl memperlambat permainan, sementara pemain lainnya bermain cepat.

Scholl juga tak menganggap gol yang dicetak Julian Green sebagai buah dari usahanya. Green dianggap Scholl malah tak punya kontribusi sama sekali dalam laga tersebut.

"Bayern bermain dengan baik dengan pemain belakang dan tentunya gelandang bertahannya. Tentunya di sana ada Renato Sanches yang selalu menguasai bola terlalu lama. Dia tidak pernah bermain langsung, dia selalu ingin bermain dengan idenya sendiri," ujar Scholl seperti dikutip FourFourTwo.

"Kemudian ada (Kingsley) Coman, yang juga bermain sama dengannya (Sanches). Dia selalu ingin sedikit 'berdansa'. Dan ada juga Julian Green, yang tidak banyak berkontribusi (dalam permainan). Kesampingkan golnya. Setiap pemain bermain sangat cepat, tapi tiga pemain ini selalu tak ada saat menyerang," katanya.

Kritik tak berhenti sampai di situ. Scholl juga menganggap para pemain muda ini takkan bisa menggantikan para seniornya semisal Arjen Robben atau Franck Ribery.

"Para pemain ini suatu saat akan menggantikan (peran) Ribery dan Robben. Tapi, saya tidak berpikir mereka akan bisa melakukannya (seperti Ribery dan Robben) di masa depan. Saya tidak melihatnya pada diri Coman, Sanches, atau Douglas Costa," ucap Scholl.

3 Gol Lagi Ream Madrid Cetak Sejarah Baru

Hampir semua pemain di tim utama Real Madrid sudah mencetak gol, kini hanya tinggal menunggu gelontoran gol dari tiga pemain lagi guna membukukan sebuah rekor di musim ini.

Real Madrid sudah mencetak total 40 gol sejauh musim ini berjalan. 24 gol mereka buat dari sembilan pertandingan La Liga Spanyol, sembilan gol dari tiga laga Liga Champions, serta tujuh gol mereka cetak di babak 32 besar Copa Del Rey.

Dilansir Marca, 15 pemain di skuad utama El Real musim ini sudah mencetak gol minimal satu gol. Paling banyak dicatat Alvaro Morata dan Marco Asensio masing-masing dengan enam gol. Melihat catatan tersebut, pesebaran pencetak gol di Los Blancos terbilang merata, bukan lagi didominasi Trio BBC yang rata-rata baru mencetak empat gol.

Dengan demikian, hanya tiga pemain lagi yang belum bisa pecah telur musim ini. Mereka adalah Casemiro, Mateo Kovacic dan Fabio Coentrao.

Faktanya, ketiga pemain tersebut pernah mencetak gol di musim-musim sebelumnya. Casemiro membuat satu gol ke gawang Las Palmas musim kemarin, Kovacic berkontribusi satu gol ke gawang Malmo di ajang Liga Champions Eropa, dan Coentrao terakhir kali mencetak gol ke gawang Espanyol di musim 2012-13.

Musim lalu, hanya dua pemain yang gagal mencetak gol yaitu Raphael Varane dan Alvaro Arbeloa. Varane mengalami cedera sedangkan Arbeloa jarang dapat kesempatan bermain lantaran kalah bersaing dengan Dani Carvajal di pos bek sayap kanan.

Dengan perjalanan musim 2016-17 yang masih panjang, kesempatan ketiga pemain tersebut mencetak gol masih terbuka sangat lebar. Jika ketiganya mampu 'buka puasa' maka Real Madrid akan menorehkan rekor pertama sepanjang sejarah klub dengan semua pemain bisa membuat gol dalam satu musim.

Enaknya Jadi Pemain di Klub Besar Barca, Tiap Tahun Dapat Hadiah Mobil Satu per Satu

Sungguh enak menjadi pemain di klub sebesar Barcelona. Tiap tahun mereka mendapat hadiah mobil dari pabrikan terkenal dunia yang menjadi sponsor klub.

Pada Kamis (27/10) kemarin, pabrikan Audi membagikan mobil produksi mereka kepada satu per satu pemain Blaugrana. Lionel Messi cs pun hadir dalam acara serah terima mobil tersebut.

Dalam acara yang digelar di luar Camp Nou ini, para pemain Barca diajak bermain beberapa games seru sebelum mereka satu per satu menjajal kendaraan baru masing-masing.

Minggu, 30 Oktober 2016

Model Ini Selalu Mendukung Barcelona dengan Pose Menantang

Sebagai klub besar, Barcelona beruntung punya banyak fans yang setia. Dan di antara mereka, ada juga fans seksi yang bisa membuat pria tak berkedip.

Seperti dilansir 101greatgoals, Barca senantiasa mendapat dukungan dari Livia Gullo. Model seksi asal Brasil ini senantiasa mengunggah foto dukungannya setiap Blaugrana berlaga.

Livia rutin mengunggah foto lewat akun Instagram, @liviagullo. Akun ini mendapat perhatian dari media Spanyol, dan kini sudah memiliki 575 ribu follower.

Foto yang diunggah Livia bukan foto sembarangan. Dia selalu berani mengunggah foto dengan pose yang menantang. Livia hanya menggunakan baju berlogo Barcelona yang tergolong super seksi. Ada juga fotonya yang mengenakan jaket Barca. Namun, dia membiarkan belahan dadanya sedikit terbuka.

Bukan hanya Barca yang didukung Livia. Dia juga seringkali mendukung timnas Brasil. Tentunya disertai dengan pose seksi dan menggoda.

Livia memiliki ayah orang Italia dan ibu yang berkebangsaan Jepang. Namun, dia lahir dan dibesarkan di Brasil. Kini, dia tinggal di Amerika Serikat.

Berikut 4 Pemain Muda Berbakat di Serie A Italia

Di era modern, semakin banyak pemain yang mampu memasuki era keemasan dalam kariernya meski belum menginjak usia 25 tahun. Sebut saja Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Ricardo Kaka, Sergio Aguero hingga Paul Pogba. Mereka sudah mampu menjadi bintang di usia yang terbilang masih sangat muda, tidak seperti pemain-pemain era 1990-an dan 2000-an yang baru memasuki puncak karier di usia di 27-an.

Kesuksesan Ronaldo dkk yang mampu jadi bintang di usia muda membuat klub-klub semakin berani mempromosikan wonderkid untuk bermain di tim utama. Salah satu liga yang belakangan ini mulai aktif mengorbitkan pemain muda adalah Serie A.

Tidak tanggung-tanggung klub-klub besar seperti AC Milan, Juventus hingga AS Roma punya beberapa wonderkid yang siap diorbitkan menjadi pemain bintang dalam waktu dekat.

Siapa saja mereka? Simak ulasan mengenai 4 pemain muda berbakat di Serie A

1. Gianluigi Donnarumma

Gianluigi Donnarumma baru berusia 17 tahun. Namun bakatnya membuat AC Milan berani memainkannya di tim utama. Sejak debut musim lalu, Donnarumma mampu merebut posisi kiper nomor satu Milan dari Diego Lopez.

Kehebatan Donnarumma juga membuatnya sudah mendapat kesempatan melakukan debut bersama timnas senior Italia. Donnarumma tercatat sebagai kiper termuda yang melakukan debut bersama Gli Azzurri pada usia 17 tahun 189 hari.

Donnarumma digadang-gadang sebagai calon penerus Gianluigi Buffon. Juventus kebetulan kabarnya juga tertarik merekrut Donnarumma.

2. Manuel Locatelli

Locatelli mencuri perhatian di awal musim 2016/2017. Setelah sukses membawa Italia U-19 lolos ke final Piala Eropa U-19, Locatelli mulai dipercaya pelatih Milan Vincenzo Montella main di tim utama.

Kepercayaan tersebut tak disia-siakan Locatelli. Pemuda 18 tahun itu sudah mengoleksi dua gol dari delapan penampilan di Serie A musim ini.

Salah satu gol Locatelli sangat berkelas dan menentukan kemenangan 1-0 MIlan atas Juventus. Yang lebih spesial, Locatelli memperdaya Buffon.

Locatelli bakal mendapat lebih banyak kesempatan bermain di musim ini. Pasalnya Milan kehilangan gelandang senior Riccardo Montolivo yang absen selama enam bulan akibat cedera ACL.

2. Pol Lirola

Pol Lirola saat ini bermain di Sassuolo, namun statusnya dimiliki oleh Juventus. I Bianconeri merekrut Lirola dari Espanyol B tahun 2015. Pelatih Massimiliano Allegri sempat membawa Lirola dalam tur pramusim ke Austrlia dan Hong Kong. Lirola tampil ciamik musim panas lalu.

Allegri kemudian memilih menyekolahkan Lirola ke Sassuolo. Pasalnya bila tetap di Turin, pemain 19 tahun itu bakal sulit bersaing dengan Dani Alves dan Stephan Licthsteiner.

Di Sassuolo, Lirola jadi pilihan utama di posisi bek kanan. Lirola tampil gemilang bersama Sassuolo. Dia digadang-gadang sebagai salah satu pemain muda yang paling menonjol di Serie A 2016/2017.

Lirola mencetak gol indah saat Sassuolo bermain di Liga Europa. Ketika itu pemuda Spanyol ini melakukan solo-run dari tengah lapangan.

Juventus musim depan kemungkinan akan memulangkan Lirola. Dia akan menggantikan Lichtsteiner yang kontraknya habis akhir musim. Allegri ingin Lirola menimba ilmu dari Alves.

4 Leandro Paredes

Fans AS Roma sempat cemas dan marah mengetahui playmaker Miralem Pjanic memilih pindah ke Juventus. Mereka khawatir Roma akan terpuruk tanpa Pjanic di lini tengah.

Namun seiring berjalannya waktu, fans Roma mulai dapat melupakan Pjanic. Mereka kini punya idola baru sebagai jenderal lapangan tengah yakni Leandro Paredes.

Pemuda Argentina itu empat kali dipercaya sebagai starter oleh pelatih Luciano Spalletti di Serie A 2016/2017. Paredes membayar kepercayaan tersebut dengan mencetak satu gol saat Roma menang 4-1 atas Palermo.