Sabtu, 21 Januari 2017

Gara-Gara Pique, Luis Enrique Hengkang dari Barcelona?

Kritikan Gerard Pique pada wasit ternyata berbuntut panjang. Tak hanya Pique yang beresiko terkena sanksi, dampak dari kritik tersebut juga mengenai pelatih Barcelona, Luis Enrique.

Pique mengkritik tajam wasit dan juga operator Liga Spanyol setelah beberapa keputusan wasit dianggapnya berat sebelah. Pique bahkan sempat menunjuk Presiden LFP, Javier Tebas usai pertandingan Barcelona Vs Villarreal.

Bukan dukungan yang didapat Pique, para petinggi Barcelona justru meminta Pique berhenti menyerang wasit. Permintaan serupa juga dilontarkan Luis Enrique.

"Saya selalu berpikir bahwa kami harus berhati-hati dengan sikap kami kepada wasit dan orang-orang dalam keluarga sepak bola." ujar Enrique seperti dilansir Football Espana.

Hal tersebutlah yang tak disukai oleh para pemain Barcelona lainnya. Mengutip Marca, situasi ruang ganti Barcelona pun mulai tak nyaman.

Lagipula, kontrak Enrique juga akan habis di akhir musim ini. Eks pelatih AS Roma itu bahkan mengajukan satu nama yang pantas menggantikannya yaitu Ernesto Valverde, pelatih Athletic Bilbao.

“Valverde salah satu pelatih terbaik dalam sepak bola Spanyol. Saya menyukai caranya melatih, ide, dan kepribadiannya. Caranya mentransfer semua itu kepada pemain juga luar biasa. Dia pelatih yang sangat bagus,” kata Enrique.

Jumat, 20 Januari 2017

6 Kisah Tim Underdog dalam Dunia Sepak Bola Eropa

bukan halangan bagi tim sepak bola untuk mengukir prestasi. Leicester City baru saja membuktikannya. Bak dongeng Cinderella, The Foxes yang awalnya dipandang sebelah mata justru keluar sebagai juara Premier League 2015-16.

Cinderella merupakan dongeng yang sangat terkenal. Ceritanya berkisah tentang pembantu rumah tangga yang selalu dikucilkan oleh ibu dan saudara-saudara tirinya. Namun meski hidup dalam caci-maki, Cinderella justru yang berhasil menikahi pangeran.

Kisah ini kerap dikaitkan dengan perjalanan tim semenjana dalam mengukir prestasi. Dongeng pengantar tidur ini juga semakin menguatkan anggapan tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola.

Di sepak bola, kisah-kisah seperti ini tidak hanya milik

Leicester City

saja. Sejumlah klub juga pernah mengalaminya. Bahkan di level timnas juga ada. Salah satunya, kisah timnas Portugal pada Piala Eropa 2016 lalu. Tampil tidak mengesankan selama babak penyisihan, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan justru akhirnya keluar sebagai juara mematahkan prediksi para pengamat.

Berikut ini enam kisah Cinderella dalam sepak bola Eropa.

Wimbledon (1988)

Meskipun Wigan Athletic pernah mengejutkan setelah mengandaskan Manchester City di final Piala FA 2013 lalu, cerita Wimbledon masih lebih menarik. Kisah Wimbledon berlangsung di era 1980.

Sebelas tahun lalu, tim ini masih berlaga di kompetisi amatir. Meski demikian, bersama Lawrie Sanchez dan Dave Beasant, Wimbledon mampu mengejutkan dunia usai merebut Piala FA. Di babak final, Wimbledon mampu mengalahkan Liverpool.

Blackburn Rovers (Liga Inggris 1994-95)


Di era 1990-an, dominasi Liverpool dan Manchester United sangat terasa di Liga Inggris. Namun tim yang awalnya tidak diunggulkan, Blackburn Rovers justru mampu merangsek ke barisan depan.

Diasuh oleh Kenny Dalglish, Rovers berhasil unggul satu poin pada pekan terakhir liga dari Manchester United. Keseruan pun berlangsung hingga penghujung kompetisi. Rovers sendiri harus kalah 1-2 dari Liverpool. Beruntung, dalam laga lain, Man United hanya bermain imbang 1-1 melawan West Ham United. Ini merupakan gelar perdana Rovers sejak pertama kali didirkan, 1913 lalu.

Liga Inggris


Nottingham Forest (Divisi Utama 1977-78)


Tim ini  pernah membuat sensasi dengan menjuarai Divisi Utama Inggris, 1977-78 silam. Clough berada di balik sukses Nottingham.

Ya, dia berhasil meracik dan melahirkan beberapa nama besar seperti John McGovern hingga Peter Shilton. Nottingham berhasil juara pada musim tersebut meski baru saja promosi ke Divisi Utama.

Pasukan Clough berhasil unggul tujuh poin pada akhir musim dari Liverpool yang ada di urutan dua. Mereka sekaligus memutus dominasi The Reds kala itu.

Leicester City (Liga Inggris 2015-6)

Tak diragukan lagi, Leicester City membuat cerita ini dikaitkan dengan dongeng Cinderella. Hal itu terjadi musim ini dari sensasi yang diciptakan Claudio Ranieri di Leicester City.

Untuk kali pertamanya dalam sejarah 132 tahun berdirinya klub, Leicester memenangi titel Premier League dan menghancurkan banyak prediksi di awal musim. Tentu, hal ini sangat menggugah banyak perhatian publik.

Sebab, The Foxes yang musim sebelumnya mencari poin berjuang lari dari jerat zona degradasi, kini menjadi juara Premier League. Capaian Leicester sangat spesial di dunia sepak bola modern ini, di mana uang berbicara, dan kisah heroik Leicester ini menjadi sorotan dunia.

Liga Spanyol


Deportivo La Coruna (La Liga 1999-2000)

Dalam kompetisi La Liga, publik dunia tentu sudah tahu akan didominasi oleh Real Madrid dan Barcelona. La Liga juga dibayangi oleh Atletico Madrid dan Valencia yang sesekali memberi efek kejut.

Akan tetapi, Deportivo La Coruna berhasil memutus anggapan itu. Diasuh oleh Javier Irureta, dengan pemain seperti Diego Tristan, Djalminha, hingga Roy Maakay, La Coruna sukses meraih gelar La Liga pertama dengan unggul lima angka dari Barcelona dan Valencia.

Gelar juara ini tentu prestasi yang membanggakan. Sebab, Coruna merupakan kota terkecil kedua di Spanyol dengan populasi hanya 250 ribu masyarakat saja. Tentu ini adalah musim terbaik bagi Coruna.

EURO


Yunani (Piala Eropa 2004)

Negeri Dewa awalnya hanya dipandang sebelah mata. Sebab sebelumnya, Yunani jarang berbicara banyak di pentas Eropa.

Namun 2004, Yunani merusak dominasi raksasa-raksasa Benua Biru, seperti Prancis, Jerman, serta tuan rumah Portugal. Yunani lolos dari fase grup setelah unggul selisih gol. Kemudian, Yunani menyingkirkan Prancis, Republik Ceko dan Portugal.

Alhasil, mereka sukses merengkuh gelar juara Eropa untuk kali pertama.

5 Pemain Sepak Bola Pemegang Rekor Lari Tercepat

Kecepatan dan percepatan adalah dua faktor penting dalam sebuah tim sepak bola, yang berupaya memenuhi tujuan meraih gelar juara.

Kedua faktor tersebut biasanya dimiliki pemain, yang berposisi sebagai pemain sayap atau penyerang.

Pemain yang memiliki kedua talenta tersebut, diharapkan bisa membongkar pertahanan, atau memuluskan rencana melancarkan serangan balik.

Pertanyaan yang muncul, siapa pemain tercepat di dunia? Berikut, jawabannya.

1. Pierre-Emerick Aubameyang

Klub: Borussia Dortmund

Posisi: Winger/penyerang

Kecepatan maksimal: 34,98 kilometer per jam

2. Hector Bellerin

Klub: Arsenal

Posisi: Bek kanan

Kecepatan maksimal: 34,66 kilometer per jam

3. Gareth Bale

Klub: Real Madrid

Posisi: Winger/penyerang

Kecepatan maksimal: 34,70 kilometer per jam

4. Jamier Vardy

Klub: Leicester City

Posisi: Penyerang

Kecepatan maksimal: 34,44 kilometer per jam

5. Mohamed Salah

Klub: AS Roma

Posisi: Sayap kanan

Kecepatan maksimal: 34,3 kilometer per jam

Apa Dampak Positif dan Negatif Pengurangan Kuota Pemain Asing di ISL 2017

PSSI pada Kongres 2017 lalu mewacanakan perubahan komposisi pemain asing untuk kompetisi tahun 2017 nanti. Jika sebelumnya pada kompetisi Indonesia Soccer Championship (A) 2016 dan Liga Super Indonesia 2014 setiap klub diwajibkan memiliki empat pemain asing dengan catatan satu di antaranya harus berasal dari Asia, pada kompetisi tahun 2017 ini PSSI berencana mengurangi jumlah itu.

Pada Liga Super Indonesia 2017 nanti, setiap klub rencananya hanya boleh mempergunakan tiga pemain asing. Dengan catatan dua dari benua mana saja, dan satu harus dari benua Asia. Pengurangan jumlah komposisi pemain asing ini jelas menimbulkan berbagai respon dari klub hingga para penikmat sepak bola Tanah Air.

Keputusan ini sendiri memang menimbulkan hal positif maupun hal negatif. Positifnya, pertama, dengan adanya pengurangan komposisi pemain asing dalam setiap klub, ini membuka peluang bagi para pemain lokal untuk bisa unjuk gigi. Sejauh ini, ketika klub masih menggunakan empat sampai lima pemain asing, kesempatan mereka untuk tampil juga berkurang.

Apalagi bagi mereka yang bermain pada posisi penyerang, gelandang serang, atau bek tengah. Karena umumnya klub-klub di Indonesia menggunakan pemain asing pada posisi tersebut. Karenanya, dengan pengurangan kuota pemain asing, pemain-pemain lokal yang bermain pada posisi tersebut bisa memiliki peluang tampil lebih banyak.

Selain itu, dengan semakin banyaknya pemain lokal yang akan bermain pada posisi-posisi itu juga diharapkan bisa memunculkan banyak nama-nama bagus yang bisa memperkuat tim nasional Indonesia. Seperti diketahui, karena kerap didominasi oleh pemain asing, sulit menemukan talenta-talenta lokal yang bagus dari posisi-posisi itu.

Terkhusus posisi striker, setelah era Boaz Solossa, hingga saat ini belum ada pemain lokal yang mampu menjadi top-skorer Liga Indonesia. Striker-striker tajam pun masih terhitung sedikit dan orangnya pasti itu-itu saja. Tengoklah dari ajang Piala AFF 2016, hanya Lerby Eliandry seorang yang notabene merupakan nama baru di posisi penyerang.

Selain itu, pengurangan kuota pemain asing juga bisa membuka kesempatan yang lebih lebar bagi para pemain muda. Terlebih, PSSI juga berencana mewajibkan setiap klub untuk memainkan tiga pemain yang berusia di bawah 25 tahun dalam setiap laganya. Karenanya, peluang pemain muda akan jauh lebih besar dan ini adalah angin segar bagi regenerasi sepak bola Indonesia.

Dengan banyak munculnya pemain muda yang diberi kesempatan untuk unjug gigi, itu artinya timnas Indonesia level senior dan junior memiliki lebih banyak pilihan pemain. Hal itu tentu memang diinginkan PSSI mengingat dua agenda besar timnas yakni SEA Games 2017 dan Asian Games 2018 menggunakan pemain-pemain yang berusia 22 tahun ke bawah.

Selain itu, pengurangan kuota peman asing juga akan berdampak positif bagi keuangan klub. Karena biaya yang harus mereka keluarkan untuk satu pemain asing lain bisa dialokasikan untuk biaya operasional. Apalagi harga pemain asing umumnya jauh lebih mahal daripada pemain-pemain lokal.

Tapi perlu dicatat, pengurangan kuota asing memang bakal lebih banyak memberikan pilihan bagi timnas, tapi itu bukan berarti timnas bakal lebih kuat. Pasalnya, berkurangnya pemain asing yang beredar di Indonesia bisa mengakibatkan dua hal: tingkat kompetisi menjadi menurun dan kualitas para pemain lokal pun, sebagai imbasnya, juga menurun.

Apa yang terjadi di Thailand bisa menjadi contoh. Thai League (kasta teratas Liga Thailand) saat ini menggunakan komposisi 3+1+1 untuk pemain asingnya.

Tiga pemain bebas didatangkan dari benua mana saja, satu harus dari Asia, dan satu lagi harus berasal dari negara-negara Asia Tenggara. Menariknya, walau banyak, timnas mereka mampu menembus level top Asia dan menjadi kampiun di Asia Tenggara.

Selain itu, mereka juga tetap bisa memunculkan banyak nama-nama pemain muda berkualitas. Chanatip Songkrasin atau Kawin Thamsatchanan adalah contohnya. Memang, alih-alih mengurangi kuota pemain asing, Thailand justru fokus untuk meningkatkan kualitas dan mutu kompetisi mereka. Dan itu justru yang tidak dilakukan Indonesia saat ini.

Keberadaan pemain asing di kompetisi lokal memang tak selamanya buruk. Harus diakui, pemain asing (terutama yang memang berkualitas tinggi) bisa mengerek performa para pemain lokal dan kompetisi juga. Nah, pengurangan kuota pemain asing, diperkirakan, bisa berdampak pada menurunnya kualitas kompetisi kita. Liga Super Indonesia mungkin akan kurang menarik tahun ini.

Dan kembali lagi, dengan menurunnya kualitas kompetisi, kualitas para pemain yang bermain di dalamnya pun, secara otomatis, akan menurun juga. Imbasnya, efek negatif ini mungkin akan dirasakan juga oleh timnas Indonesia nantinya. Waduh.

Tentu saja ini masih teori-teori di atas kertas semata. Efek regulasi seperti ini mungkin baru akan kita lihat ketika kompetisi sudah berlangsung nanti, dan bagi timnas, efeknya baru akan terasa dalam jangka panjang.

Sekarang, kita hanya bisa berharap PSSI telah memikirkan imbas positif dan negatif dari regulasi yang akan diterapkan. Dan berharap bahwa ketakutan akan efek negatif yang bisa dihasilkan nanti tak akan benar-benar menjadi nyata.

 

Pemain Barcelona Khawatir dengan Keuangan dan Masa Depan Klub

Para pemain Barcelona belum lama ini diklaim merasa khawatir dengan kondisi keuangan dan juga masa depan klub, menurut laporan yang baru saja beredar.

Sebelumnya memang muncul banyak kabar yang mengatakan bahwa Barcelona terpaksa harus menjual satu, atau bahkan dua pemain senior mereka untuk memberikan kontrak baru pada Lionel Messi dan Andres Iniesta.

Pandit Spanyol yang bekerja di Sky Sports, mengatakan bahwa situasi tersebut menimbulkan kekhawatian tersendiri di ruang ganti.

"Khawatir adalah pertanyaan yang mulai diajukan oleh para pemain Barcelona saat ini. Jika memang tidak ada uang untuk memperpanjang kontrak Messi dan Iniesta ke level yang mereka inginkan, seperti apa masa depan tim nantinya?" tutur Balague.

"Seperti apa proyek tim untuk jangka panjang? Apakah tim akan cukup kompetitif?"

3 Pemain Rekrutan Bidikan Mourinho Ini Bisa Bikin Pendapatan MU Terkuras

Manchester United (MU) dikabarkan siap menggelontorkan dana besar di bursa transfer musim panas mendatang. Manajemen MU malah sudah menyusun daftar pemain besar yang jadi incaran manajer MU Jose Mourinho.

Manchester Evening News menyebutkan nama besar yang jadi target MU musim depan. Mereka adalah Victor Lindelof, Tiemoue Bakayoko (Monaco) dan Nelson Semedo. Mourinho kemungkinan akan merekrut skuat anyar, menyusul bakal hengkangnya sejumlah pemain. Dia akan memanfaatkan keluarnya beberapa pemain untuk membiayai daftar belanja di musim depan, sambil terus membangun kembali klubnya setelah era Louis van Gaal.

Terakhir, MU resmi melepas Morgan Schneiderlin ke Everton. Everton memboyong Schneiderlin dari MU dengan biaya transfer yang diperkirakan mencapai 24 juta pounds.

MU memang sangat jor-joran membeli pemain berlabel bintang. Namun, sebenarnya seperti yang dilansir UEFA, MU sebagai klub yang paling banyak memiliki utang. Jumlah utang ini yang sangat menumpuk ini terjadi di bawah kepemimpinan keluarga Glazer yang sudah mengakuisisi MU sejak 2005.

1.Victor Lindelof

Nama Lindelof masuk dalam daftar buruan Jose Mourinho, setelah mantan pelatih Reak Madrid ini, mencari pemain andal untuk menambal lubang di lini belakang.

Lindelof adalah bek tangguh Benfica. Mourinho terpikat dengan pesepakbola yang memiliki ketenangan dan kepercayaan diri. Karenanya dia dijuluki 'The Iceman'.

Lindelof memulai kariernya di klub lokal Swedia, Vasteras SK. Dia mengikat kontrak bersama Benfica saat berusia 17 tahun pada Desember 2011 lalu.

Debut Lindelof main di tim utama baru datang di Oktober 2013. Sejak saat itu dia mulai jadi bagian tim utama Benfica. Bermain 15 kali di Liga Portugal dia mencetak satu gol dan punya peran besar mengantar Benfica jadi kampiun.

Lindelof merupakan rekan senegara Zlatan Ibrahimovic. Ya, ia merupakan pemain kelahiran kota Vasteras, Swedia dan telah masuk timnas sejak U-17.

2. Tiemoue Bakayoko

Manajer MU, Jose Mourinho pernah menyebut pemain ini sebagai pengganti ideal untuk Michael Carrick. Tiemoue Bakayoko adalah gelandang AS Monaco, yang penampilannya tengah bersinar musim ini.

Bakayoko sukses mencetak dua gol dari 16 penampilan serta membawa Monaco finis di posisi kedua Ligue1 hingga paruh musim. Tak heran MU dan Chelsea terus memantau situasi pemain berusia 22 tahun itu.

Bergabung dengan Monaco sejak 2014 lalu, Bakayoko memang tidak langsung menjadi pemain inti. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Bakayoko mulai mendapatkan tempat di tim utama.

Bakayoko sendiri selama ini juga terus menjadi andalan di Timnas Prancis di level usia U16, U17, U18, U20, dan U21.

Tapi, rencana MU untuk menggaet Bakayoko sepertinya tidak akan mudah. Klub raksasa Serie A, Juventus, juga sangat berharap bisa mendapatkan gelandang berkebangsaan Prancis tersebut.

3. Nelson Semedo

Selain Lindelof, MU juga sangat meminati pemain Benfica lainnya Nelson Semedo. Penampilan bek 23 tahun ini, juga tak kalah bersinarnya musim ini.

Bahkan, MU telah mengirim pemandu bakat untuk menonton perkembangan Semedo.

Namun, harapan MU memboyong Semedo  bakal dapat saingan dari Barcelona dan Bayern Muenchen. Tapi, memang tim yang bermarkas di Old Trafford lebih difavoritkan.

Musim ini MU memang krisis di pos bek sayap, terutama di sisi kanan yang biasa ditempati oleh Antonio Valencia atau Matteo Darmian.

Karenanya The Red Devils pun menyebar jaring untuk cari pemain berkualitas di posisi tersebut. Mourinho, yang berkebangsaan Portugal lantas tertarik pada bakat tanah kelahirannya, Semedo.

Para Pemain Drama di Liga Inggris Akan Dihukum Berat

Liga Inggris sudah menghukum para pemain Manchester United dan Liverpool jika aturan soal pemain drama ini diberlakukan sebulan lalu.

Pihak FA Inggris merencanakan akan menghukum para pelaku diving di atas lapangan hijau dengan skorsing dua laga, bahkan jika wasit tidak melihat atau tidak memberi kartu kuning saat itu.

Di sepak bola Skotlandia pemain yang memperoleh keuntungan untuk tim mereka dengan permainan drama atau diving dapat dihukum secara retrospektif dan diberi skorsing dua pertandingan.

Sekarang FA Inggris melihat kemungkinan menerapkan skema serupa untuk membasmi kecurangan dalam permainan sepak bola di tanah kelahirannya.

Menurut The Times, para pejabat FA akan dikirim ke Skotlandia pada sebuah “misi pencarian fakta” untuk membantu wasit dalam tugas ini.

Ketua FA Greg Clarke diyakini berada di antara banyak orang yang tertarik pada rencana itu. Dengan skema ini maka semua insiden kontroversial akan diperiksa di tayangan ulang video setelah pertandingan.

Pertandingan Liga Inggris Manchester United vs Liverpool pada hari Minggu berpusat di sebuah insiden yang memicu perselisihan di pinggir lapangan antara manajer Juergen Klopp dan Jose Mourinho.

Klopp percaya gelandang MU asal Spanyol Ander Herrera berlebih-lebihan dengan memegangi mukanya saat didorong oleh striker Liverpool Roberto Firmino dan tidak ada tindakan diambil oleh wasit.

Paul Pogba juga ada di antara pemain Premier League tertangkap basah melakukan diving musim ini dan terkena kartu kuning di pertandingan MU melawan West Ham pada bulan November.

Dan Daniel Sturridge dikenakan kartu kuning oleh wasit Michael Oliver setelah beberapa menit masuk sebagai pemain pengganti melawan Swansea City pada bulan Oktober.

Tindakan keras Skotlandia pada aksi diving – dijuluki Aturan 201 – telah berlaku sejak 2011 dan menyatakan “pelanggaran bagi seorang pemain yang menyesatkan ofisial pertandingan guna mendapatkan keuntungan yang lebih besar.”