Jumat, 09 Desember 2016
Permainan Marcus Rashford Rusak Karena Uang
Sang remaja mencuat musim lalu dengan permainan impresif, mencetak dua gol di laga debut melawan FC Midtjylland dan kemudian melakukan hal serupa di debut Premier League melawan Arsenal.
Rashford terus tampil impresif di bawah asuhan Louis van Gaal, dan akhirnya masuk timnas Inggris di Euro 2016. Namun musim ini, sang pemain kesulitan untuk menunjukkan aksi terbaik sejak United mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan Jose Mourinho sebagai manajer.
"Uang bisa amat hebat, hal itu membuat semua orang tertarik, namun untuk permainan itu sendiri bisa sangat sulit. Saya melihat Rashford sebagai pemain yang bertalenta, dan ia sulit mendapat kesempatan. Uang bisa memberi manfaat, namun itu juga bisa merusak anda," tutur Rodgers di Independent.
"Selama saya bekerja di Premier League, lebih dari 70 persen pemain yang ada adalah pemain asing, yang berarti ada banyak talenta lokal yang kesulitan mendapat kesempatan."
"Anda akan melihat sebaliknya di Spanyol. Ada banyak pemain yang mendapat kesempatan. Lihat bagaimana Jerman tampil bagus di beberapa dekade, karena mereka memberi kesempatan pada pemain muda."
Ini 2 Pesepak Bola Inspiratif di Mata Antoine Griezmann
Pemain kunci Atletico Madrid, Antoine Griezmann, tidak menjadikan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sebagai idolanya. Lantas siapa pemain favorit Griezmann sesungguhnya?
Ternyata, pria berusia 25 tahun itu menyukai dua pemain asal Jerman. Mereka adalah Mesut Oezil dan Miroslav Klose.
Bukan rahasia lagi, Oezil merupakan pemain andalan Arsenal. Pada musim ini, Oezil sukses membukukan delapan gol dan lima assist dari 18 laga di seluruh kompetisi.
Adapun Klose, yang kini telah pensiun, dikenal sebagai salah satu striker tajam Eropa. Sampai sekarang, dia masih memegang predikat top scorer tim nasional Jerman dengan catatan 71 gol.
"Saya menilai Oezil dari gaya bermain, kualitas operan, dan bagaimana dia menemukan solusi dengan umpan-umpan panjang dan dribble-nya. Oezil terlihat elegan ketika membawa bola," ucap Griezmann.
"Saya juga menyukai Miroslav Klose. Dia merupakan striker tajam dan punya sundulan yang hebat," tutur Griezmann menambahkan.
Karier Griezmann tergolong gemilang. Meski tidak bergelimang gelar juara layaknya Messi atau Ronaldo, Griezmann tetap diakui sebagai salah satu pemain terbaik saat ini.
Dia pernah membawa Atletico menjuarai Copa del Rey pada 2014, serta menjajal partai final Liga Champions 2016. Namun, Atletico dikalahkan Real Madrid pada laga pamungkas tersebut.
Adapun bersama timnas Perancis, Griezmann juga sempat mencapai babak final Piala Eropa 2016. Akan tetapi, lagi-lagi dia gagal meraih gelar lantaran kalah dari Portugal yang dikapteni oleh Ronaldo.
Griezmann tentu patut melupakan catatan kelam tersebut. Ia kini fokus mengerahkan seluruh kemampuannya demi mencapai hasil terbaik.
Kamis, 08 Desember 2016
Mau Jadi Bek Tengah yang Tanggu, Nih Simak Tips Dari Rio Ferdinand
Buat kalian para pendukung Manchester United, pasti tau banget dong sama pemain yang satu ini. Yap, Rio Ferdinand, selama 12 tahun membela Setan Merah, doi dikenal sebagai salah satu bek tengah tertangguh di dunia. Berbagai prestasi pun udah pernah doi raih, mulai dari Liga Inggris, hingga trofi si kuping besar, Liga Champions.
Nah, karena berbagai pengalamannya tersebut, Ferdinand mau bagi-bagi sedikit tips nih. Pokoknya cocok banget deh buat kalian yang juga kepengen banget jadi bek tengah jago. Penasaran sama tips-tips ala Ferdinand? Yuk, simak ulasan berikut .
1. Tetap tenang dan yakin
Selain bertugas untuk mengawal lini pertahanan, bek tengah juga punya peran untuk mengalirkan bola dari belakang ke depan. Tugas kedua ini cukup krusial jika nggak dibarengi dengan ketenangan. Kalu panik ketika menerima bola di area seperempat lapangan, bukan nggak mungkin akan jadi salah oper dan justru membahayakan gawang sendiri.
“Jika Anda panik saat bola datang ke arah Anda, rekan-rekan setim juga akan panic. Anda mesti terlihat setenang mungkin dan mengoper bola ke rekan setim,” ucap Ferdinand.
2. Perhatikan pergerakan lawan
Bek tengah juga harus punya kecermatan dalam memantau pergerakan lawan. Jangan sampai hanya terpaku pada arah datangnya bola, sebab lawan bisa saja punya pergerakan yang lebih gesit. Jika hal seperti ini diremehkan, lawan akan dengan mudah bergerak untuk mendapatkan bola lebih dulu ketimbang sang bek tengah. Alhasil, gawang pun jadi terancam kebobolan.
“Ketika bola lambung datang dan Anda mengejar bola saat menghadap ke arah gawang sendiri, Anda harus mengantisipasi posisi pemain lawan yang sedang menekan,” ujarnya.
3. Kendalikan permainan
Sebagai bek tengah, resiko kegocek oleh pemain lawan, sebisa mungkin harus dihindari. Salah satu caranya ialah dengan mengendalikan pergerakan lawan. Yap, pemain lawan jelas punya kemampuan yang berbeda-beda. Penyerang berbadan kecil tentu lebih lincah ketimbang yang berbadan besar. Kalian pun harus pintar dalam mencegah berbagai tipe pemain yang berusaha membahayakan gawang.
“Jika Anda bermain melawan pemain berketerampilan tinggi dan sangat cepat, pastikan Anda bisa menjangkau dirinya saat ia pertama kali menyentuh bola. Jika Anda membiarkan dia bebas berlari ke arah Anda, Anda menghadapi bahaya. Pada lain waktu, Anda menghadapi striker yang mengandalkan fisik. Usahakan melakukan hal berbeda untuk membuatnya tampil buruk. Jika mereka nggak bisa membelakangi Anda, mereka nggak akan tahu dimana Anda. Buat mereka tetap menerka-nerka,” kata cowok yang pernah bermain untuk Leeds United itu.
Liga Prancis Diklaim Lebih Keras dari Liga Italia, Liga Inggris, Bundesliga Jerman, dan Liga Spanyol
Gelandang Paris Saint-Germain (PSG) Marco Verratti mengkalim Ligue 1 Prancis jauh lebih sulit dibandingkan Liga Italia, Liga Inggris, Bundesliga Jerman, dan Liga Spanyol. Sebab, Liga Prancis lebih mengandalkan fisik.
Karena itu, Verratti meragukan Barcelona dan Real Madrid bisa mendominasi jika bermain di Liga Prancis. Bahkan, dia berani mengklaim kedua klub raksasa Liga Spanyol itu tidak bisa menang dengan skor 5-0.
"Di Prancis, terutama, lebih sulit melawan tim yang posisinya lebih rendah di klasemen, sebagai tim mereka kompak dan sulit menghadapinya," kata Verratti seperti dilansir Soccerway, Senin (5/12/2016).
"Di kompetisi lain, itu sedikit berbeda. Di Spanyol, misalnya, rata-rata tim yang menghadapi Real Madrid atau Barcelona akan melupakan lawan dan bermain sepak bola. Mereka bermain lebih terbuka dan kurang bertahan."
"Itulah mengapa Real Madrid atau Barcelona lebih mudah untuk mencetak lima atau enam gol. Saya tidak yakin mereka bisa mencetak gol sebanyak di Prancis," ucap Verratti lagi.
Verratti bergabung dengan PSG pada musim panas 2012 dari Pescara. Sejumlah trofi telah diraih pemain 24 tahun itu bersama PSG, seperti Liga Prancis, Coupe de France, Coupte de la Ligue, dan Trophee des Champions.
10 Tokoh Sepakbola Dunia Paling Dicari Sepanjang Tahun 2016
Tahun 2016 akan segera berakhir. Selama hampir setahun terakhir hiruk pikuk dunia sepakbola selalu menghiasi pemberitaan saban hari. Selain persitiwa menarik dari lapangan hijau, kabar tentang tokoh sepakbola juga selalu dinanti.
Dalam rilis terbaru Yahoo, ternyata ada 10 tokoh sepakbola paling dicari sepanjang tahun 2016 ini. Siapa saja mereka? Berikut daftarnya.
10. Paul Pogba
Paul Pogba menjadi salah satu pemain paling dicari tahun ini, tepatnya ketika jendela transfer musim panas lalu. Gelandang Timnas Prancis itu menjadi sorotan setelah saga transfernya terus bergulir hingga akhirnya pindah dari Juventus ke Manchester United.
Kembali ke klub masa mudanya, Pogba dibanderol seharga 105 juta euro yang membuatnya menjadi pemain termahal dunia saat ini. Sayangnya hingga menjelang memasuki paruh musim, Pogba belum menunjukkan kelasnya sebagai pemain termahal dunia bersama MU.
9. Gary Lineker
Setelah pasukan Claudio Ranieri akhirnya benar-benar menjadi juara, Lineker pun menepati janji gilanya tersebut kala menjadi pembawa acara di Match of the Day BBC pekan pembuka Premier League 2016/17.
8. Gareth Bale
Seperti diketahui, Bale memimpin rekan-rekannya di Timnas Wales melaju hingga semifinal sebelum disingkirkan Portugal yang akhirnya keluar sebagai kampiun.
Pada musim panas yang sama Bale juga meraih juara bersama Real Madrid dengan memenangkan Liga Champions. Atas prestasinya itu, Bale mendapat kontrak baru di Santiago Bernabeu yang berlaku hingga 2022.
7. Jamie Vardy
Jamie Vardy menjalani kisah seperti negeri dongeng di sepanjang musim lalu. Ia mampu mengantarkan tim semenjana Leicester City menorehkan sejarah baru di Inggris dengan menjuarai Premier League. Vardie tampil tajam setelah mencetak 19 gol di liga sehingga namanya masuk skuat timnas Inggris dan juga nominasi Ballon d’Or.
6. Ched Evans
Ched Evans menjadi perbincangan bukan karena prestasinya melainkan kasus perkosaan yang melibatkan dirinya. Mantan striker Sheffield United itu dijebloskan dalam penjara setelah divonis bersalah pada tahun 2012 dalam kasus pemerkosaan terhadap seorang remaja putri berusia 19 tahun di sebuah hotel. Namun setelah menjalani masa tahanan selama 20 bulan, ia dinyatakan tidak bersalah dalam sidang banding yang digelar di Cardiff Crown Court pada bulan Oktober kemarin.
5. Sam Allardyce
Allardyce diangkat menjadi manajer tim nasional Inggris yang baru menggantikan Roy Hodgson pada bulan Juli lalu. Namun setelah 67 hari bertugas mantan manajer Sunderland itu dipecat dari jabatannya setelah ketahuan terilbat dalam skandal pengaturan transfer pemain yang jelas melanggar peraturan FA. Posisi Allardyce kemudian digantikan oleh Gareth Southgate.
4. Lionel Messi
Messi tampil hebat dengan mengantarkan Barcelona merengkuh gelar La Liga dan Copa del Rey. Namun, pemain dengan lima trofi Ballon d’Or itu gagal mengeksekusi penalti yang krusial dalam final Copa America 2016. Akibatnya Argentina gagal meraih juara dan Messi langsung memutuskan pensiun dari kancah internasional usai pertandingan. Namun, tak lama setelah itu ia meralat keputusan tersebut.
3. Cristiano Ronaldo
Ronaldo menunjukkan penampilan yang sensasional sepanjang tahun 2016. Ia mampu membawa Real Madrid merengkuh trofi Liga Champions dan setelah itu Portugal dibawanya menjadi juara Euro 2016. Setelah menandatangani kontrak baru dengan Madrid sampai 2021, Ronaldo kini berada di posisi terdepan untuk meraih penghargaan Ballon d’Or tahun ini.
2. Adam Johnson
Adam Johnson menjadi pembicaraan publik karena melakukan pelecehan terhadap gadis di bawah umur. Ia pun dinyatakan bersalah dan divonis enam tahun penjara oleh pengadilan. Akibatnya, winger berusia 28 tahun itu dipecat oleh klubnya Sunderland dan perusahaan olahraga ternama Adidas juga membatalkan kontrak dengan sang pemain
1. Jose Mourinho
Pelatih asal Portugal ini rasanya memang tak pernah berhenti menjadi bahan perbincangan bagi publik. Setelah dipecat Chelsea, Mourinho secara mengejutkan mengambil alih posisi juru taktik Manchester United. Jelang pergantian tahun, Mourinho masih menjadi sorotan terutama setelah tak kunjung mengangkat prestasi Setan Merah.
Selangkah Lagi Zidane Pecahkan Rekor Madrid yang Bertahan Sejak 1988-1989
Skuat Real Madrid di bawah arahan pelatih Zinedine Zidane tinggal selangkah lagi menyamai rekor klub yang dipegang skuat asuhan Leo Beenahkker, yang bertahan sejak musim 1988-1989, yaitu menjalani 34 pertandingan tanpa terkalahkan di semua ajang kompetisi.
Gol sundulan Sergio Ramos di pengujung laga El Clasico Sabtu (3/12/2016) lalu menyelamatkan Madrid dari kekalahan saat menyambangi markas Barcelona. Skor akhir 1-1. Dengan demikian, sampai saat ini, Madrid dan Zidane tak terkalahkan dalam 33 partai secara beruntun.
Madrid dan Zidane berkesempatan menyamai dan bahkan melampaui rekor “abadi” tersebut mengingat dalam dua pertandingan ke depan, Cristiano Ronaldo dkk bermain di kandang sendiri, Estadio Santiago Bernabeu.
Yaitu, menjamu Borussia Dortmund di partai terakhir fase grup Liga Champions (Rabu, 7/12/2016) dan melayani tantangan Deportivo La Coruna dalam lanjutan La Liga di pekan ke-15, 10 Desember mendatang.
Yang menarik, dari 34 kali pertandingan yang dijalani skuat asuhan Beenhakker tanpa terkalahkan, 25 partai di antaranya diakhiri dengan kemenangan dan 9 kali bermain imbang. Skuat Zidane? Juga memetik jumlah kemenangan yang sama, yakni 25 kali, dan bermain imbang 8 kali.
Juara musim lalu berada di zona degradasi, ada apa dengan Leicester?
Leicester City, juara Liga Primer musim lalu, hanya mencatat tiga kali kalah sepanjang musim kompetisi 2015-2016, namun kali ini tim asuhan Claudio Ranieri tersebut sudah tujuh kali kalah di 14 pertandingan.
Saat ini posisi mereka hanya dua poin di atas zona degradasi. Apa yang salah dengan Leicester?
Penyerang Watford, Troy Deeney, mengidentifikasi setidaknya empat faktor yang membuat Leicester tak setangguh musim lalu.
Faktor lapangan tengah
Salah satu perbedaan paling mencolok di tim Leicester sekarang ini adalah mereka tak punya pemain sekelas N'Golo Kante yang pindah ke Chelsea.
"Sekarang jauh lebih mudah menembus sektor tengah dan barisan pertahanan Leicester," kata Deeney kepada wartawan olahraga BBC, Chris Bevan.
- Melangkah ke babak 16 besar Liga Champions, Leicester mencatat sejarah
- Leicester City 'tak mungkin' juarai Liga Champion
Musim lalu, tim-tim lawan berhadapan dengan Kante, yang akan langsung bangkit begitu dia kehilangan bola, namun pemain seperti ini tidak ada lagi.
"Kante membuat pemain lawan menjadi terburu-buru dan khawatir karena ia akan selalu bisa menjatuhkan kami. Sekarang, karena Kante sudah tidak ada lagi, penyerang tim-tim lawan bisa sedikit lega dan punya kebebasan untuk menggedor barisan pertahanan Leicester," jelasnya.
Untuk mengetahui kontribusi Kante, data berikut mungkin bisa memberikan gambaran.
Musim lalu, ia melakukan 175 tekel dan 156 hadangan untuk Leicester. Dibandingkan para pemain lain, Kante adalah pemain yang yang paling aktif merobohkan lawan.
Hingga Desember ini, di klub barunya Chelsea, ia melakukan 44 tekel dan 39 hadangan. Hanya pemain Everton, Idrissa Gueye, yang punya catatan lebih baik dibandingkan Kante.
Tak lagi kaget dengan strategi Leicester
Musim lalu banyak tim yang dikagetkan dengan strategi Leicester melakukan serangan balik, dengan ujung tombak Jamie Vardy.
Musim ini mereka tak melakukan banyak perubahan, masih mengandalkan Vardy dan juga Riyad Mahrez.
"Musim lalu, formasi Leicester kadang mengagetkan dan kalau pun tim lawan melakukan penyesuaian, tetap saja sulit menahannya karena mereka biasanya bermain sangat bagus," kata Deeney.
"Sekarang, tim-tim lawan sejak awal sudah bisa memperkirakan taktik Leicester dan mencoba menetralkan ancaman dari Vardy," katanya.
Keberhasilan lawan meredam Vardy bisa dibaca dari statistik bahwa musim lalu ia mencetak 24 gol untuk Leicester, tapi dalam 18 pertandingan di semua turnamen musim ini, hingga awal Desember, tak sekali pun ia mencetak gol.
Semuanya ingin mengalahkan Leicester
Status Leicester sebagai juara Liga Primer membuat banyak tim yang ingin mengalahkan mereka. Lawan akan melakukan apa saja, termasuk dengan menerapkan taktik khusus, seperti yang dilakukan Watford November lalu.
"Itu adalah pertandingan pertama kami sejak kalah 1-6 dari Liverpool. Kami memutuskan untuk bermain sedikit berbeda dengan langsung menggebrak pertahanan Leicester dan ternyata berhasil," ungkap Deeney.
Hanya dalam waktu 33 detik Watford bisa mencetak gol.
Musim lalu, empat pilar belakang Leicester sangat solid. November lalu, ketika bermain melawan Watford, para pemain Watford mencetak gol melalui serangan balik, ketika para pemain belakang Leicester mencoba untuk menata diri menghadapi gempuran lawan.
Kepungan dari lawan membuat Leicester hanya meraih satu poin dari maksimal 21 angka yang bisa mereka petik musim ini. Mereka enam kali kalah dari tujuh pertandingan tandang.
Pada musim 2015-2016, Leicester menang 11 kali dari 19 pertandingan tandang dan hanya kalah dua kali.
Stabilitas tim
Manajer Ranieri banyak melakukan perubahan komposisi tim pada musim ini karena cedera pemain dan juga karena Leicester harus pula terjun di Liga Champions, yang memaksa Ranieri untuk merotasi tim.
Tim dengan komposisi tetap cenderung bermain lebih bagus dan lebih solid karena setiap pemain tahu dan hapal dengan tugas masing-masing pemain.
Ini yang berhasil dipertahankan oleh Leicester musim lalu karena memiliki tim inti dengan komposisi yang tak banyak mengalami perubahan.
"Mereka membeli beberapa pemain pada pertengahan tahun dan tentunya mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Yang juga harus dicermati di sini adalah, pemain lama akan punya ego lebih besar karena mereka adalah bagian dari tim juara," kata Deeney.
Ia memperkirakan saat ini sedang dilakukan sejumlah penyesuaian di Leicester.
"Masalah ini sudah pernah disampaikan Ranieri dan ia tahu perlu waktu untuk membuat tim kembali solid," kata Deeney.