Selasa, 24 Januari 2017

Bukan Ronaldo, Ternyata Ini Atlet dengan Bayaran Termahal dalam Sejarah Olahraga

Atlet merupakan salah satu pekerjaan yang bisa memiliki pendapatan fantastis. Hal ini terjadi jika olahragawan tersebut berprestasi di berbagai pertandingan, terlebih lagi di tingkat dunia.

Selain itu, sosok atlet ini biasanya juga mendapatkan penghasilan tambahan dari berbagai pekerjaan yang berdatangan karena popularitasnya. Salah satu atlet yang telah meraih pendapatan fantastis adalah Cristiano Ronaldo, pemain sepak bola di klub Real Madrid.

Dilansir dari situs The Vintage News, Rabu (18/1/2017), tahun lalu Forbes menobatkan Cristiano Ronaldo sebagai atlet dengan bayaran tertinggi di dunia selama 12 bulan terakhir dengan pendapatan 88 juta dolar, meliputi gaji, bonus, dan lain-lain.

Dalam paparannya, Forbes menyatakan jumlah pendapatan 100 atlet dengan bayaran termahal di dunia mampu menembus angka US$ 3,5 miliar dalam jangka waktu 12 bulan saja.

Selain itu, Forbes merilis 20 daftar nama atlet dengan penghasilan total tertinggi sepanjang hidupnya yang menempatkan Michael Jordan sebagai posisi pertama.

Mantan superstar  Chicago Bulls ini merupakan atlet dengan penghasilan tertinggi sepanjang sejarah, yakni sekitar US$ 1,7 miliar sepanjang hidupnya.

Sementara posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Tiger Woods dengan penghasilan US$ 1,67 miliar, dan Arnold Palmer dengan penghasilan US$ 1,35 miliar.

Meskipun demikian, Peter Struck yang merupakan seorang sejarawan dari Universitas Pennsylvania mengklaim bahwa atlet bayaran tertinggi sepanjang masa menurut Forbes tersebut tidak mampu menyaingi pembalap kereta dari Roma kuno, yakni Gayus Appuleius Diocles.

Menurut Struck, Diocles telah mengumpulkan kekayaan dari 35.863.120 sestertium yang setara dengan 15 miliar dolar.

Kompetisi balap kereta dimulai pada abad ke-6 sebelum masehi dan merupakan olahraga paling populer di Roma pada saat itu. Balap kereta tersebut dilangsungkan di Circus Maximus sebagai pusat utamanya.

Stadion ini berbentuk oval dan besar, serta mampu menampungsekitar 200.000 penonton. Sementara itu, para pelaku kompetisi berkuda biasanya adalah para budak atau mereka yang kurang mampu secara finansial.

Jika mereka berhasil dalam kompetisi ini, maka mereka bisa segera mendapatkan cukup uang untuk membeli kebebasan mereka. Bahkan dalam beberapa kasus bisa menjadi sangat kaya.

Terdapat empat perusahaan balap atau kandang di Romawi yang mana mereka dikenali dari warna-warna kostum yang dikenakan oleh para pengemudinya, seperti tim biru, merah, putih, dan hijau. Warna-warna tersebut terinspirasi oleh empat musim yang ada.

Selain itu, setiap tim memiliki hingga 3 buah kereta untuk dimanfaatkan dalam perlombaan dan mereka akan sering berkolaborasi satu sama lain melawan tim lawan. Sama seperti dalam olahraga modern, pembalap kereta diizinkan untuk melakukan transfer ke tim yang berbeda.

Jumlah kuda yang biasanya dipasangkan ke sebuah kereta adalah empat ekor. Namun, beberapa kereta juga ada yang menggunakan dua, tiga, enam, atau bahkan tujuh ekor kuda.

Bagaimanapun juga, para pembalap kereta yang berpartisipasi dalam perlombaan dengan enam dan tujuh kuda di kereta mereka mampu memperoleh lebih banyak uang daripada yang lainnya.

Tampaknya, Gayus Appuleius Diocles merupakan seorang kusir paling produktif di Roma Kuno dan ia sering berpartisipasi dalam perlombaan dengan enam dan tujuh kuda di keretanya.

Hal ini diungkapkan Peter Struck dalam tulisannya yang ditujukan untuk Lapham’s Quarterly, sebuah prasasti monumental yang didirikan di Roma oleh para kusir dan penggemar kompetisi ini. Selain itu, Diocles juga dinyatakan sebagai juara dari semua kusir di kompetisi tersebut setelah akhirnya ia pensiun saat berusia 42 tahun, 7 bulan, dan 23 hari.

Diocles dilahirkan di Lusitania (sekarang Spanyol / Portugal) pad Abad ke-2 Masehi. Dia mulai menekuni dunia balap pada usia 18 tahun.

Setelah itu, ia mulai menuai kemakmuran setelah memasuki usia 24 tahun yang membuatnya semakin populer dan mendapat pengakuan dari berbagai pihak di Roma termasuk seluruh kaisar di sana.

Dia memulai karirnya bersama tim putih dan baru akhirnya dipindahkan ke tim hijau saat berusia 24 tahun.

Lalu, tiga tahun kemudian ia dipindahkan lagi dan bergabung dengan tim merah. Meskipun ia kurang populer setelah bergabung di tim merah, ia tetap bertahan di tim tersebut demi eksistensi kariernya dan bisa saja karena kemahsyuran dan uang. Alasan tersebut tampaknya masih dialami oleh sebagian atlet di masa sekarang ini.

Di sisi lain, Profesor Robert B. Kebric juga menuliskan paparannya terkait Diocles dengan judul The Career of Diocles, Roman Charioteer.

Kebric mengatakan bahwa Diocles adalah pribadi yang selektif dalam memilih trek pertandingan mana yang akan ia ikuti dan secara harfiah ia rela pergi untuk mengejar sebuah harta.

Tidak hanya itu, dalam tulisan tersebut juga diungkapkan bagaimana Diocles telah berhasil memecahkan rekor dibandingkan beberapa pendahulunya. Ia berhasil memenangkan 1.462 dari 4.257 kompetisi, meskipun angka ini masih berada dibawah kedua pembalap dari tim hijau, yakni Pompeius Musclosus dengan 3.559 kemenangan dan Flavius Scorpus dengan 2.048 kemenangan.

Profesor Struck menuliskan, "Total penghasilan yang dibawa pulang oleh Diocles lima kali lebih besar dibandingkan dengan penghasilan gubernur provinsi dengan bayaran tertinggi selama periode yang sama. Ini cukup untuk memberikan gandum ke seluruh kota Roma selama satu tahun, atau untuk membayar semua prajurit biasa dari Tentara Romawi pada puncak jangkauan kekaisaran untuk periode pe rlima tahun”.

Sebenarnya kompetisi balap kereta adalah olahraga yang berbahaya dan banyak korban jiwa yang meninggal di usia muda. Betapa beruntungnya Diocles tidak mengalami hal tersebut, meskipun kematian dapat dihindarinya.

Diocles tewas bukan dalam kompetisi. Ia meninggal dengan tenang di Praeneste, sebuah kota kecil di Italia.

Guardiola dan City Belum Menyerah Kejar Gelar Liga Inggris

Manajer Manchester City, Pep Guardiola sangat senang timnya bisa menahan imbang Tottenham Hotspur, Sabtu (21/1/2017). Pasalnya, raihan satu poin bisa menjaga peluang The Citizens untuk juara.

City saat ini berada di posisi kelima klasemen Liga Inggris. Mereka mengoleksi 43 poin dari 22 laga.

Sementara Tottenham menempel Chelsea di peringkat kedua klasemen. Mereka mengoleksi 46 poin dari 22 laga.

"Saya tidak pernah bilang sudah menyerah untuk mengejar trofi. Justru media yang menyatakan hal tersebut," ujar Guardiola seperti dilansir Soccerway.

"Namun saya pribadi tidak akan menyerah untuk juara. Tentu saja sulit tetapi saya tidak khawatir," kata manajer asal Spanyol itu menambahkan.

City sebenarnya sempat unggul terlebih dahulu melalui Leroy Sane pada menit ke-49 dan Kevin de Bruyne pada menit ke-54. Namun Spurs menyamakan kedudukan melalui Dele Alli pada menit ke-58 dan Heung Min Son pada menit ke-77.

"Kami gagal menang karena terlalu banyak membuang peluang bukan karena wasit. City harus bisa mencetak gol lebih banyak lagi," ucap Guardiola.

Real Madrid Lakukan Segalanya Demi Dapatkan Bintang Spurs Delle Alli

Real Madrid siap untuk mengajukan tawaran yang mereka bisa untuk membuat gelandang serang Tottenham Hotspur Dele Alli ada di Santiago Bernabeu musim panas ini.

Alli diperkirakan menjadi target nomor satu juara Liga Champions, Real Madrid musim panas ini dan mereka siap merogoh kocek hingga 50 juta Poundsterling demi bisa mengontraknya.

Pemain timnas Inggris ini menjadi salah satu pemain muda yang paling dicari setelah penampilannya untuk Spurs dua musim terakhir.

Alli juga menjadi target Paris Sanit-Germain saat ini, tetapi Real Madrid yang sekarang sedang di skors satu jendela transfer ada di antrean paling depan untuk target mereka ini.

Mereka berencana menyelesaikan transfer utamanya ini pada akhir musim2016-2017 dan rela melakukan segala hal demi bisa mendapatkan Alli.

Tetapi, sebelum bisa memulai negosiasi Real Madrid perlu membenahi hubungan retak mereka dengan Spurs yang terjadi saat negosiasi transfer Gareth Bale.

Alli baru saja menandatangani kontrak enam tahun dengan gaji 60.000 Poundsterling (sekitar Rp1 miliar) per minggu dengan Tottenham Hotspur pada bulan September tahun lalu dan Mauricio Pochettino berjuang keras untuk mempertahankannya.

Yang ditakutkan adalah Alli sudah sangat ingin bergabung dengan Real Madrid seperti Gareth Bale yang membuat Spurs terpaksa melepasnya. Bahkan tambahan kontrak 12 bulan dengan gaji yang naik signifikanpun tak bisa menghalanginya untuk bermain dengan Cristiano Ronaldo dan Bale.

Juventus Selangkah Lagi Menuju Scudetto Keenam

Namun perjalanan mereka semakin berat karena pada laga terakhir harus takluk di tangan Fiorentina dengan skor tipis 2-1. Mereka kini hanya berjarak satu poin dari peringkat kedua AS Roma yang terus menebar ancaman.

Bek sentral Juventus, Giorgio Chiellini mengaku optimistis klubnya dapat menorehkan pencapaian gemilang tersebut. Dan jika berhasil, maka Si Nyonya Tua akan menjadi klub legendaris di Italia. Pasalnya belum ada klub lainnya yang berhasil melakukan hal serupa. Juventus berpeluang menjadi yang pertama melakukannya di Italia.

“Aku mau gelar Serie A keenam diraih secara beruntun,” kata Chiellini kepada Corriere dello Sport.

“Ini sesuatu yang belum pernah diraih klub manapun, dan itu akan membuat kami menjadi legenda di dunia olahraga Italia. Kesempatan seperti ini mungkin akan datang lagi suatu hari nanti, tapi aku rasa kami harus menunggu sangat lama untuk kembali menjadi tim yang punya kapasitas untuk melakukannya,” lanjutnya.

“Oleh karena itu, kami tak boleh melepaskan kesempatan ini. Kami semua menginginkannya, dan kami harus meraihnya,” tutup Chiellini.

Pada laga berikutnya Juventus akan berhadapan dengan Lazio di Juventus Stadium. Andai mereka memenangkan pertandingan ini maka peluang menjadi juara terbilang besar.

Ini Rahasia Kesuksesan Trio BBC Juve Dalam Jaga Benteng Pertahanan

Giorgio Chiellini mengakui bahwa ada sesuatu hal yang magis di antaranya dengan Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli dan Leonardo Bonucci, ketika mereka tampil untuk Juventus dan timnas Italia.


Para bek tengah itu dijuluki sebagai Trio BBC oleh para fans dan penikmat sepak bola. Mereka telah bekerja sama di klub raksasa Turin sejak tahun 2010 silam, namun Chiellini memiliki singkatan lain.

"Jika ada Buffon, maka itu menjadi BBBC," ujar difensore berusia 32 tahun ini dalam wawancaranya dengan Il Corriere dello Sport. "Itu tentunya adalah persahabatan yang sangat gemilang, sebab terlepas dari apa yang telah kami raih di dalam dan luar lapangan, kami telah mencapai level khusus karena ada suatu yang magis dalam hubungan kami."

"Dengan segala hormat, kami tak pernah menjadi dan saat ini bukanlah defender terbaik di dunia, namun bersama-sama kami bisa meningkatkan kualitas permainan masing-masing. Itu memang benar."

"Itu adalah pertemenan yang sangat dalam yang membuat kami dapat berbagi dalam segala hal. Kami memiliki kekuatan dan kelemahan, namun ketika Anda peduli kepada orang lain, maka Anda tak akan memedulikan kecacatan dan hanya perhatikan kualitas mereka."

Trio BBC sejauh ini merupakan kunci keberhasilan Juventus meraih lima gelar Scudetto beruntun dan sempat membawa Gli Azzurri menembus partai final Piala Eropa edisi tahun 2012 lalu.

"Pada akhirnya, kami berempat hanyalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan segenap hati dan jiwa. Jika tidak ada hasrat dalam hal yang Anda kerjakan atau hubungan antar manusia, maka Anda tak bisa meraih hasil bagus untuk jangka panjang."

"Itu semua adalah hasil dari hasrat. Hati adalah bahan utama, kemudian diikuti oleh kerja keras, kualitas, karakter dan gairah untuk raih kemenangan. Tanpa hati, solidaritas dan saling mengerti satu sama lain, maka percayalah kepada saya bahwa Anda tak akan bisa meraih hasil yang bertahan selama bertahun-tahun."

Senin, 23 Januari 2017

Kejutan-Kejutan Akan Terjadi di Akhir Bundesliga Jerman

Bundesliga Jerman akan kembali bergulir akhir pekan ini, setelah rehat selama sebulan sejak 22 Desember 2016 lalu. Banyak yang terjadi pada paruh pertama musim 2016-2017, meski puncak klasemen masih diisi oleh juara bertahan Bayern Muenchen. Dimulainya paruh kedua ditandai dengan SC Freiburg yang menjamu The Bavarians di Schwarzwald-Stadion, Sabtu 21 Januari 2017 dini hari.

Berikut adalah tiga hal yang patut dinanti dari putaran kedua Bundesliga Jerman:

1. Kiprah Tim Kuda Hitam

RasenBallspot (RB) Leipzig dan TSG 1899 Hoffenheim bisa dibilang adalah kejutan musim ini di pentas tertinggi sepak bola Jerman. RB Leipzig adalah pendatang baru yang langsung tancap gas dan berhasil menempati posisi tiga besar klasemen, sementara Hoffenheim belum mengecap satu pun kekalahan sejak musim 2016-2017 dimulai.

RB Leipzig  yang dihuni oleh pemain-pemain muda mampu membuat gebrakan dengan merangsek ke posisi teratas, meski baru terbentuk pada 2009 dan tujuh tahun kemudian naik ke Bundesliga. Kini RB Leipzig duduk di peringkat kedua klasemen dengan kumpulan 36 poin setelah dikalahkan Robert Lewandowski dkk. di pertandingan penutup tahun 2016.

RB Leipzig akan menjamu Eintracht Frankfurt pada Minggu 22 Januari 2017 di Red Bull Arena Leipzig. Ditambah mereka baru saja merekrut pemain muda potensial berusia 18 tahun asal Perancis, Dayot Upamecano.

Tim lain yang membuat kejutan adalah Hoffenheim dengan pelatih muda berusia 29 tahun, Julian Nagelsmann. Mereka menjadi klub yang belum terkalahkan di lima liga top Eropa lainnya musim ini. Meski begitu, Sebastian Rudy dkk. baru memenangi 6 pertandingan dari 16, semetara sisanya imbang.

Sekarang mereka berada di peringkat kelima dengan 28 poin. Sabtu malam nanti mereka akan bertandang ke Augsburg.

Patut ditunggu kiprah dari kuda-kuda hitam Bundesliga musim ini. Apakah mereka akan merusak hegemoni Bayern Muenchen sambil terus mempertahankan tren positif mereka selama paruh pertama musim, atau justru berakhir buruk dan hanya turut meramaikan jalannya liga.

2. Pencetak Gol Terbanyak

Musim ini, ada tiga pemain dari tiga klub berbeda yang bersaing di daftar pencetak gol terbanyak yaitu Pierre-Emerick Aubameyang (Dortmund), Anthony Modeste (FC Koeln), dan Robert Lewandowski (Muenchen). 16 gol Aubameyang berpotensi disusul oleh Modeste dan Lewandowski, karena striker Dortmund itu kini sedang membela Gabon di Piala Afrika 2017.

3. Rekrutan Baru

Putaran kedua Budesliga pun akan diramaikan oleh wajah-wajah baru. Tidak hanya pemain, tetapi juga pelatih.

Selain RB Leipzig yang mendapatkan Upamecano, Wolfsburg yang baru saja kehilangan Julian Draxler, kedatangan pemain dari Stade Rennais FC, Paul-Georges Ntep. Lalu ada Holger Badstuber yang bergabung dengan Schalke secra pinjaman dari Bayern Muenchen, sementara Borussia Moenchengladbach merekrtut bek dari juara Europa League musim lalu Sevilla, Timothée Kolodziejczak.

Dari jajaran kepelatihan, mantan pemain tim nasional Jerman, Torsten Frings, akan memulai debutnya sebagai pelatih SV Darmstadt, dan Borussia Moenchengladbach akan dilatih oleh Dieter Hecking. Mantan pelatih Wolfsburg itu menggantikan posisi yang sebelumnya ditempati Andre Schubert.

Ini Rekam Jejak Pelatih Baru Timnas Indonesia Luis Milla

"Kita lihat Spanyol berkualitas. Nah, kira-kira seperti itu - PSSI akan berpatokan ke sana," ujar Edy Rahmayadi, ketua umum PSSI pada akhir tahun 2016 lalu.

Ketika ketua umum federasi sepakbola Indonesia (PSSI) yang baru mewacanakan untuk berkiblat ke Spanyol dalam urusan sepakbola, tampaknya sejauh ini pernyataannya tak bisa dianggap angin lalu saja.

Keseriusan pimpinan baru PSSI tersebut ditunjukkan dengan merekrut Luis Milla Aspas, mantan pelatih tim junior Spanyol yang pernah membela Barcelona dan Real Madrid, sebagai pelatih tim nasional Indonesia.

Sang nahkoda anyar Merah Putih pun telah tiba di Indonesia pekan ini untuk memaparkan presentasi rencananya, dan hari ini secara resmi diumumkan sebagai pelatih baru tim nasional Indonesia. Milla pun akan berperan ganda sebagai pelatih timnas U-23 Indonesia, mengingat agenda timnas tahun ini memang lebih padat di sektor usia tersebut dengan adanya SEA Games 2017.

Keyakinannya tersebut bukan tak berdasar. Menurut Edy, ia menganggap fisik pemain Indonesia sedikit mirip dengan Spanyol dan cara bermainnya juga. Bahkan, ia merencakan untuk menjalankan pelatnas serta uji tanding di Spanyol. Lagi pula menurutnya, jika harus berbicara kualitas sepakbola, maka Spanyol bisa dijadikan acuan.

Ada celotehan bahwa pelatih yang bagus biasanya saat menjadi pemain dulu, ia biasanya seorang gelandang. Kita tak berbicara pelatih di masa yang kelewat lampau, namun jika melihat di La Liga saja, Luis Enrique (Barca), Zinedine Zidane (Madrid), Diego Simeone (Atletico Madrid) bahkan Jorge Sampaoli (Sevilla) semuanya adalah seorang gelandang.

Dan sebagai info saja, Luis Milla ini adalah seorang gelandang yang juga pernah bermain untuk tim nasional Spanyol, Barca dan Real Madrid. Sudahkah boleh kita untuk mulai optimis dengan masa depan timnas kita? Tunggu dulu.

Tumbuh besar di akademi sepakbola milik CD Teruel dan La Masia milik Barcelona, Luis Milla sempat menapaki tangga layaknya pemain La Masia lainnya untuk bermain di Barcelona B sampai akhirnya mendapatkan kesempatan untuk promosi di tim utama Barcelona.

Persaingan ketat di Blaugrana dan terbentur masalah perpanjangan kontrak menjadi alasan utama Milla menyebrang menuju Real Madrid. Bahkan di penghujung karirnya bersama Barcelona, ia tak dicantumkan namanya ke dalam skuat El Barca dalam partai final Copa del Rey. Johan Cruyff yang menjadi pelatih Barca saat itu melihat bahwa sang pemain enggan menerima kondisi tawaran kontrak baru dan masalah keungan klub yang sedang pas-pasan.

Pasca menyebrang ke Los Blancos dan mengabdi selama enam musim, ia mengakhiri kariernya di Valencia pada tahun 2001 lalu. Beberapa gelar bergengsi seperti La Liga, Copa del Rey, Supercopa de Espana, UEFA Cup Winners Cup hingga Intertoto Cup pernah ia rengkuh dalam sepanjang perjalanan karirnya di Barca, Madrid, dan Valencia.

Michel Laudrup, mantan rekan setimnya di Barca dan Madrid yang telah merintis karir kepelatihannya terlebih dahulu, mengangkat dirinya (Milla) untuk menjadi asisten pelatih saat Laudrup menangani Getafe pada musim 2007/08 lalu. Getafe sendiri menjadi finalis Copa del Rey pada musim tersebut dibawah asuhan Ludrup dan Milla.

Menapaki tangga lewat asisten pelatih, akhirnya Milla naik kelas menjadi pelatih tim nasional U-19 dan U-20 Spanyol pada kurun 2008 hingga 2010. Menghasilkan gelar Piala Mediterranian Games, Milla (lagi-lagi) naik kelas menjadi pelatih U-21 dan sukses besar membawa skuat Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 di Denmark.

Alumni dari asuhan Milla tersebut adalah nama-nama beken seperti Juan Mata, Ander Herrera, David De Gea, Thiago Alcantara hingga Javi Martinez.

Sebagai tambahan, Luis Milla ini memang kadung lebih cocok menangani tim nasional ketimbang di level klub jika melihat rekam jejaknya. Sebelum merapat ke Indonesia, ia sempat kandas bersama Lugo dan Real Zaragoza. Ia bahkan di-PHK-kan oleh Zaragoza ketika musim baru memasuki bulan keempat. Sungguh naas.

Saat menangani tim nasional junior Spanyol ia menerapkan sedikit banyak metode tim seniornya dalam bermain dengan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek. Tak mengherankan jika nama-nama pemain yang telah disebutkan di atas kini fasih bermain di level senior karena sudah banyak terbiasa bermain dengan cara yang sama.