Senin, 06 Februari 2017
Eks Presiden Barcelona Diburu FBI Karena Terlibat Korupsi di FIFA
Rosell pernah menjadi perwakilan Nike di Brasil. Saat itu lah dia masuk dalam lingkaran pemimpin FIFA yang dikenal sarat dengan korupsi dan nepotisme. Rosell pun mengeruk banyak uang dari hubungan baiknya dengan berbagai sosok penting di Brasil dan FIFA.
Pada 1996, Rosell menjadi salah satu orang yang berada di balik deal sponsorship antara timnas Brasil dengan Nike yang bernilai 160 juta dollar. Deal ini dinilai sarat dengan korupsi karena banyak uang yang justru mengalir ke kantong teman-teman Rosell, terutama Ricardo Texeira yang saat itu menjabat sebagai Presiden Federasi Sepakbola Brasil.
Berhubung Nike adalah perusahaan asal Amerika Serikat dan mata uang yang dipakai untuk bertransaksi adalah milik Amerika, maka biro penyelidikan federal Amerika (FBI) pun turun tangan menyelidiki adanya korupsi. Penyelidikan ini bersamaan dengan yang mereka lakukan di FIFA.
Dalam penyelidikan, Rosell terindikasi melakukan banyak kejahatan internasional. Ia ditengarai melakukan pencucian uang hasil kejahatan, melakukan penipuan dan berbagai kejahatan finansial lainnya. Nama Rosell dicatut setelah dua petinggi FIFA, Julio Rocha dan Rafael Esquivel buka suara saat diinterogasi.
Untuk memuluskan jalan melakukan korupsi, Rosell mendirikan beberapa perusahaan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Perusahaan itu menjadi penerima uang dari hasil penggelapan.
Saat ini pihak berwenang Spanyol sudah bersedia bekerjasama sepenuhnya dengan FBI. Mereka memberikan semua informasi yang diminta oleh para penyelidik Amerika itu. Rosell memang juga masih terlilit kasus karena dinilai melakukan penipuan terhadap negara saat membeli Neymar dari Santos menuju Barcelona.
Rosell memang 'dikorbankan' oleh para petinggi Barca dalam kasus transfer Neymar itu. Rosell diminta mengundurkan diri dari posisi Presiden Barca sementara mantan anak buahnya, Bartomeu, menggantikannya. Bartomeu dan para petinggi Barca kemudian mencuci tangan sepenuhnya.
Rezim Bartomeu di Barca mencari selamat dan membuat nama mereka aman dari segala hukuman jika melakukan pelanggaran hukum. Imbasnya, jika mereka terbukti melanggar hukum seperti saat membeli Neymar, maka yang dianggap bersalah dan harus menanggung semua konsekuensinya adalah pihak klub.
Minggu, 05 Februari 2017
Statistik Buktikan Buruknya Penyelesaian Pemain MU
Manchester United hanya mencetak 33 gol, dari ratusan peluang yang mereka ciptakan. Statistik dari Opta, itu memperlihatkan rendahnya kemampuan skuat Jose Mourinho, dalam mencetak banyak gol.
Hasil imbang kembali diderita MU, saat menghadapi Hull City tengah pekan ini. Tercatat ada 16 peluag mencetak gol yang disia-siakan. Setelah 23 pertandingan musm ini, sudah 391 peluang tercipta, tapi hanya 33 yang menjadi gol.
Dilansir dari Sports Mail, Jumat Februari 2017, statistik Opta memberi fakta mengejutkan, tentang buruknya persentase peluang yang bisa dikonversi jadi gol, yaitu hanya 8,44 persen. Situasinya terlihat jauh lebih buruk, jika merujuk pada tim-tim kecil yang dihadapi MU.
Melawan klub yang baru memperoleh promosi, seperti Burnley, Middlesborough, dan Hull City, MU membuat total 85 tembakan, tapi hanya dua gol yang bisa dibuat dari ketiga laga. Sebelumnya, melawan Burnley pada Oktober 2016 MU membuat 38 tembakan.
Hasilnya tidak ada yang menjadi gol, dan MU ditahan imbang 0-0 oleh Burnley. Walau memiliki pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Wayne Rooney, Anthony Martial, dan Marcus Rashford, tapi terlalu banyak peluang dibuang.
Hanya Hull dan Southampton, yang punya catatan lebih buruk terkait konversi perluang. Bicara kegagalan MU, Ibrahimovic menuding Juan Mata tidak punya penyelesaian yang bagus, karena tendangannya bisa diselamatkan kiper Hull.
5 Pemain Tersubur dalam Sejarah Liga Primer Inggris
Striker Stoke City Petr Crouch tampil impresif ketika menghadapi Everton pada pekan ke-23 Liga Primer Inggris 2016--2017. Ketika itu, striker asal Inggris tersebut mampu menyumbang satu gol sekaligus untuk The Potters.
Gol Crouch ke gawang Everton tercipta pada menit ketujuh. Ketika itu, ia sukses membobol gawang Everton usai memanfaatkan umpan Marko Arnautovic. Namun, upaya Crouch mencetak gol tersebut terasa sia-sia. Sebab, Stoke akhirnya harus bermain imbang dengan skor 1-1 setelah mendapat gol balasan dari Ryan Shawcross pada menit ke-39.
Meski timnya harus bermain imbang, perasaan sukacita tetap dirasakan Crouch. Pasalnya, ini merupakan gol ke-100 yang diraih Crouch selama berkarier di Liga Inggris.
Dengan torehan tersebut, Crouch kini masuk dalam 'klub 100'. Dia berada di urutan ke-25 dalam daftar bomber tersubur Liga Primer Inggris. Ia memiliki torehan sama dengan mantan pemain Southampton Matt Le Tissier. Adapun, pemain tersubur dalam sejarah Liga Primer Inggris dipegang oleh Alan Shearer dengan 260 gol dari 441 laga.
Berikut, Kami telah merangkum lima pemain tersubur dalam sejarah Liga Primer Inggris.
1. Alan Shearer
Memulai karier bersama Southampton, karier Shearer menjulang saat memperkuat Blackburn Rovers dan Newcastle United. Selama 14 tahun kariernya, Shearer sukses mencetak 260 gol dari 441 laga yang dimainkannya dan menempatkannya di posisi teratas daftar bomber tersubur Liga Primer Inggris.
2. Wayne Rooney
Wayne Rooney mengawali karier bersama Everton pada musim 2002--2003. Meski hanya bermain di klub papan tengah seperti Everton, ia mampu membuat kariernya melejit berkat penampilan apiknya. Hingga akhirnya ia direkrut Manchester United pada musim 2004--2005.
Selama berkarier 14 tahun bersama dua klub tersebut, Rooney terhitung sudah mencetak 195 gol dari 445 penampilannya di Liga Inggris. Torehan tersebut menempatkan dirinya sebagai pemain kedua tersubur di Liga Inggris.
3. Andy Cole
Andy Cole merupakan salah satu striker berbakat yang dimiliki Inggris. Ia berhasil menorehkan 187 gol dari 414 pertandingan.
Torehan tersebut berhasil dicetaknya bersama Newcastle United, Manchester United, Blackburn Rovers, Fulham, Manchester City, dan Portsmouth. Berkat gol-gol tersebut, Cole masuk peringkat ketiga dalam daftar pencetak gol tersubur di Liga Inggris.
4. Frank Lampard
Frank Lampard mampu membuktikan diri sebagai salah satu pemain yang subur di Liga Primer Inggris. Tak tanggung-tanggung, ia berhasil mencetak 177 gol yang dicetaknya bersama West Ham United, Chelsea, dan Manchester City sejak 1995 hingga 2014--2015.
Catatan gol itu membuat Lampard berada di jajaran empat besar dalam daftar pencetak gol terbanyak di Liga Inggris. Ia berada di bawah posisi Andy Cole yang berada di peringkat ketiga.
5. Thierry Henry
Thierry Henry menjadi salah satu striker terbaik yang pernah ada di Liga Primer Inggris. Bagaimana tidak. Ia mampu mencetak 175 gol dari 258 penampilannya pada kompetisi tersebut.
Menariknya, torehan gol itu dicetaknya hanya dalam satu klub, yakni Arsenal selama delapan musim (1999--2007). Tak heran, namanya masuk dalam peringkat kelima striker tersubur di Liga Primer Inggris berkat torehannya.
Pemain Asal Brasil Terbanyak Main di Liga Super China, Korsel Kedua
Liga Super China (CSL) musim ini akan diwarnai dengan para pemain asing yang berkualitas. Sebanyak 72 pemain asing akan bermain di CSL 2017, yang mewakili 28 negara dan enam benua.
Mendatangkan pesepakbola papan atas menjadi ambisi China dalam mencapai target untuk mendominasi dunia sepak bola. Pembatasan pemain asing menjadi hanya tiga di atas lapangan tidak membuat klub-klub CSL meredam aktivitas di bursa transfer.
Brasil menjadi negara penyumbang pemain terbanyak di kompetisi kasta tertinggi di Negeri Tirai Bambu tersebut. Total ada 21 pemain asal Brasil yang bermain dalam CSL 2017.
Dari 21 pemain tersebut, yang paling menarik perhatian adalah kepindahan gelandang serang Oscar. Pemain berusia 25 tahun tersebut dijual Chelsea dengan harga 60 juta poundsterling atau sekitar Rp 1 triliun.
Selain Oscar, CSL juga diwarnai dengan kedatangan bintang sepak bola dunia lainnya seperti penyerang Argentina Carlos Tevez dari Boca Juniors yang dibeli Shanghai Shenhua dengan rekor Asia Rp1,2 triliun.
Tevez yang pernah memperkuat Juventus, Manchester United, Manchester City, dan West Ham United itu dikabarkan akan mendapat gaji 651 ribu poundsterling atau setara Rp10 miliar per pekan.
Setelah Brasil, Korea Selatan menjadi negara terbanyak penyumbang pesepakbola yakni sepuluh orang, kemudian Nigeria dan Kolombia yang masing-masing empat orang.
Berikut ini adalah daftar negara dan jumlah pemain asing yang bermain di CLS 2017:
1. Brasil 21 pemain
2. Korea Selatan 10 pemain
3. Kolombia 4 pemain
4. Nigeria 4 pemain
5. Australia 3 pemain
6. Argentina 3 pemain
7. Uzbekistan 3 pemain
8. Kamerun 2 pemain
9. Senegal 2 pemain
10. Kroasia 2 pemain
11. Kongo 1 pemain
12. Pantai Gading 1 pemain
13. Belanda 1 pemain
14. Mesir 1 pemain
15. Belgia 1 pemain
16. Hungaria 1 pemain
17. Kenya 1 pemain
18. Denmark 1 pemain
19. Gabon 1 pemain
20. Gambia 1 pemain
21. Filipina 1 pemain
22. Turki 1 pemain
23. Italia 1 pemain
24. Suriah 1 pemain
25. Israel 1 pemain
26. Zambia 1 pemain
27. Portugal 1 pemain
28. Serbia 1 pemain
Hengkang Dari MU, Agen Bocorkan Kemana Ibrahimovic Berlabuh Musim Depan
Agen Zlatan Ibrahimovic, Mino Raiola telah mengatakan bahwa kliennya bisa saja pergi dari Manchester United untuk bergabung bersama Napoli.
Striker asal Swedia tersebut pindah ke Old Trafford di musim panas lalu dengan status bebas transfer dari PSG, namun Raiola telah berbicara mengenai cinta kliennya untuk masyarakat Naples.
Ini akan menjadi pukulan besar bagi Manchester United yang sangat berharap Ibrahimovic akan bertahan di Liga Premier Inggris bersama mereka, setidaknya selama satu tahun lagi.
“Adapun Ibrahimovic, dia selalu cinta dengan Napoli dan gairah dari Napoli dan saya selalu mengatakan secara terbuka karena ia dibesarkan di sebuah keluarga yang mirip dengan Napoli dan kemudian bersama saya,” kata Raiola di stasiun radio Italia CRC.
“Dia tahu apa arti cinta dari Napoli dan semangat yang selalu menarik baginya.
“Saya tahu bahwa Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis mengenal dia (Ibrahimovic), dan bersama Zlatan Anda tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi,” pungkasnya.
Jadi Klub Penyetor Pemain ke Timnas Terbanyak, Juventus Terima Rp 2,16 Triliun Dari UEFA
UEFA membagikan 150 juta euro atau sekitar Rp 2,163 triliun kepada klub-klub yang menyetor pemainnya untuk membela tim nasional di kualifikasi dan putaran final Piala Eropa 2016.
Berdasar kesepakatan antara Federasi Sepak Bola Eropa dengan Asosiasi Klub Eropa (ECA), sebagian keuntungan dari penyelenggaraan Piala Eropa 2016 akan dibagikan ke klub-klub di Benua Biru yang pemainnya membela negaranya.
Klub-klub yang pemainnya membela putaran final akan mendapat 100 juta euro. Jumlah 50 juta euro sisanya dibagikan untuk klub-klub yang pemainnya bertanding di babak kualifikasi.
"Saya sangat senang bahwa kami bisa menyediakan keuntungan finansial bagi bannyak klub yang ikut berkontribusi untuk Piala Eropa 2016," kata Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, kepada Reuters, Kamis (2/2/2017).
Klub akan dibayar sesuai jumlah pertandingan yang dibela pemainnya di babak kualifikasi.
Sedangkan untuk putaran final, hitungan pembayaran menjadi per hari dihitung dari 14 hari sebelum laga pertama hingga satu hari setelah laga pamungkas.
Jika dibedah, untuk pemain yang masuk daftar 23 pemain pertandingan di babak kualifikasi, klub akan mendapat bayaran 3.536 euro per laga.
Adapun untuk putaran final, jumlahnya berbeda tergantung reputasi klub. Kategori 1 mendapat pemasukan 7.321 euro per pemain per hari, lalu 4.821 euro (Kategori 2) dan 2.410 euro (Kategori 3).
Total ada 641 klub dari 54 negara anggota UEFA yang mendapat pembagian keuntungan dari Piala Eropa 2016.
"Merupakan hal penting dan adil untuk mengakui dan memberi penghargaan kepada klub yang melepas pemainnya (ke timnas)," kata Chairman ECA, Karl-Heinz Rummenigge.
"Saat saya masih menjadi pemain, kami tak membela timnas lebih dari 8 pertandingan internasional dalam semusim. Saat ini, bisa 15 kali," ujar petinggi Bayern Muenchen dan mantan pemain timnas Jerman itu.
Juventus menjadi klub yang paling "diuntungkan" dari kesepakatan antara ECA dan UEFA. Klub raksasa asal Italia itu mendapat pemasukan 3,48 juta euro atau sekitar Rp 50,228 miliar.
Liverpool (3,39 juta euro) dan Tottenham Hotspur (3,07 juta euro), Manchester United (2,998 juta euro) berada di posisi kedua hingga keempat.
Adapun klub lain yang berada di posisi 10 besar adalah Arsenal, Southampton, Bayern Muenchen, Real Madrid, Barcelona, dan AS Roma.
12 kekalahan, Kebobolan 38 gol, Apa yang Terjadi dengan Leicester City?
Menderita 12 kekalahan, kebobolan 38 gol, dan hanya dua poin dari jurang degradasi. Itulah sederet catatan buruk yang ditorehkan Leicester City di Liga Primer Inggris 2016--2017 hingga pekan ke-23. Sebuah catatan mengejutkan karena The Foxes berstatus sebagai juara bertahan.
Perjalanan Leicester kali ini memang berbanding terbalik dibanding musim lalu. Musim lalu, skuat besutan Claudio Ranieri tersebut mampu bertengger di puncak klasemen dengan koleksi 47 poin hasil dari 13 menenangan, delapan seri, dan dua kekalahan pada pekan ke-23. Mereka unggul tiga poin dari Manchester City dan Arsenal yang berada di urutan kedua serta ketiga.
Ranieri sebetulnya sudah menyadari skuat asuhannya akan mendapat perlawanan lebih sengit pada 2016--2017. Namun, Ranieri tak menyangka ganjalan yang bakal diterima bakal sangat besar.
"Musim ini akan berjalan sulit. Lawan akan mengerahkan kekuatan penuh ketika bersua juara bertahan. Selain itu, konsentrasi kami terbelah lantaran tampil di kompetisi Eropa," kata Ranieri pada awal musim.
Agar skuat 'tahan banting' di semua kompetisi, Ranieri memutuskan untuk mendatangkan sejumlah pemain baru pada bursa transfer musim panas 2016. Tak tanggung-tanggung, The Tinkerman memaksa klub untuk menggelontorkan dana hingga 91,10 juta Euro (Rp1,3 triliun) untuk mendatangkan tujuh pemain anyar. Islam Slimani jadi pembelian termahal dengan banderol 30 juta Euro.
Sial bagi Ranieri. Gelontoran uang yang ia keluarkan tidak membuahkan hasil maksimal. Slimani hanya mencetak lima gol dari 13 penampilan di Liga Primer Inggris musim ini. Onyinye Ndidi yang diharapkan bisa mengisi pos peninggalan N'Golo Kante juga tak punya rapor bagus.
Justru, pemain yang dibeli dengan harga 17,6 juta Euro itu menjadi penghangat bangku cadangan The Foxes pada musim ini. Total, Ndidi baru tampil tiga kali dan berada di lapangan selama 270 menit.
Tanpa Kante, lini tengah Leicester tak lagi kokoh. Sebagai perbandingan, The Foxes mampu mencatat 267 intercept dan 274 tackle dari 12 laga pada 2015--2016.
Setelah Kante hengkang ke Chelsea, Leicester hanya menciptakan 174 intercept dan 200 tackle pada 12 laga awal musim ini. Artinya, keampuhan The Foxes dalam mematahkan serangan lawan menurun dratis pada musim ini.
Minim Opsi Taktik
Ranieri dijuluki The Tinkerman karena dikenal sebagai manajer dengan segudang pilihan taktik. Namun, julukan itu sepertinya tak berlaku pada musim ini. Buktinya ketika formasi 4-4-2 yang bisa berubah menjadi 4-3-3 The Foxes mandek, Ranieri kelimpungan mencari formasi alternatif.
Ranieri juga tiba-tiba gagap ketika melihat pemain andalannya, Riyad Mahrez terisolasi di sisi sayap. Alhasil, Mahrez yang musim lalu kerap memberikan assist dan gol untuk kemenangan The Foxes gagal tampil moncer pada musim ini.
Tim lawan memang sudah paham bahwa kunci permainan The Foxes ada di Mahrez. Menghentikan Mahrez sama dengan menghentikan Leicester. Mungkin begitu jargon yang digunakan klub lawan ketika bersua The Foxes.
"Lawan begitu pintar mengawal pertahanan ketika Mahrez mendapatkan bola. Setidaknya ada tiga pemain yang mengawalnya di sisi sayap," analisis Ranieri.
Tanpa ada kontribusi dari Mahrez, Jamie Vardy jadi kelimpungan di pertahanan lawan. Maklum, Mahrez merupakan penyumbang assist terbanyak buat gol Vardy musim lalu.
Kini, Vardy harus berjuang seorang diri di kotak penalti. Sebuah tugas yang tak mudah. Sebab Vardy bukan tipe striker yang mampu meladeni dua bek sekaligus. Musim lalu, kinerjanya terasa sepele karena konsentrasi satu bek tengah lawan sering terpecah gara-gara ada penetrasi dari Mahrez di sisi sayap.
Leicester sudah mengalami banyak perubahan di berbagai aspek. Mereka bukan lagi tim yang mampu memenangi laga dengan mudah lewat serangan balik seperti musim lalu. Oleh karena itu, Ranieri sudah sepatutnya merevisi target.
Memaksakan Vardy dkk untuk kembali menjadi tim kuat rasanya terlalu berlebihan. Kini, tugas The Tinkerman membawa The Foxes meraih 40 poin sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari degdradasi pada akhir musim. Sebuah target tak muluk namun bisa menyelematkan kariernya di Liga Primer Inggris.