Liga Premier Inggris musim ini menjadi panggung perang strategi para manajer top dunia. Josep Guardiola (Manchester City), Jose Mourinho (Manchester United), Jurgen Klopp (Liverpool) Arsene Wenger (Arsenal), Antonio Conte (Chelsea), dan Mauricio Pochettino (Tottenham Hotspur) terkadang sampai dibuat frustrasi demi menyusun strategi yang pas buat tim besutan mereka.
Jika diamati lebih jauh, klub-klub papan atas Liga Premier musim ini menawarkan pendekatan yang berbeda. Hal itu menjadikan konsep lama menjadi terlihat usang, sementara startegi baru semakin naik daun. Di antaranya pressing, back three alias formasi tiga bek, pemakaian false nine, hingga perubahan peran seorang playmaker.
Beberapa tahun terakhir, penguasaan bola menjadi konsep vital dalam sepak bola. Namun, penguasaan bola tidak akan ada artinya tanpa dikombinasikan dengan pressing. Pochettino membuktikannya ketika membawa Tottenham menjinakkan City besutan Guardiola dengan skor 2-0, awal Oktober 2016 lalu. Mereka mengulanginya ketika menahan Arsenal 1-1, pekan lalu.
Sementara Jurgen Klopp juga memiliki gaya pressing tersendiri untuk diterapkan kepada Philippe Coutinho dkk. Pendekatannya dikenal dengan counter-pressing, yakni secepatnya merebut bola kembali setelah luput diserobot lawan. Strategi menempatkan penyerang palsu alias false nine sebagai ujung tombak juga populer diadopsi tim-tim papan atas Liga Premier.
Roberto Firmino memainkan peran itu di Liverpool. Klopp lebih memilih Firmino yang notabene bukan striker murni untuk menjadi ujung tombak, dibandingkan Daniel Sturrige dan mendepak Christian Benteke ke Crystal Palace. Hasilnya, Firmino membuktikan lebih dinamis, lebih egosi, lebih baik dalam menekan, demi memborong gol.
Di Arsenal, Wenger menempatkan Alexis Sanchez sebagai ujung tombak, alih-alih menurunkan Olivier Giroud yang merupakan penyerang sentral. Padahal, pemain asal Chile itu menghabiskan dua musim sebelumnya berdiri di posisi gelandang serang atau winger kiri. Sanchez menjawab tantangan Wenger dengan menunjukkan skill layaknya striker sentral, seperti gol sundulan powerful ketika merobek gawang Sunderland.
Skema back three juga sedang ngetren. Chelsea menjadi tim yang paling mereguk keuntungan dengan skema itu. Conte sempat membuat Chelsea kurang stabil dengan formasi 4-1-4-1. Namun, pelatih asal Italia itu kembali membawa tim asal London ini melejit sejak memakai formasi favoritnya 3-4-3.
Dengan format tiga bek, Chelsea memenangi lima pertandingan terbaru di Liga premier dengan mendulang 16 gol dan tanpa kebobolan! Guardiola pun terkadang memakai format tiga bek bersama City.
“Eden Hazard dan Pedro mendapat keuntungan dari formasi ini dalam laga-laga terakhir bersama Chelsea, dan mereka terlihat sangat cepat tanpa harus menjadi bagian dari pertahanan, peran tidak kecil ditunjukkan N’Golo Kante yang memproteksi tiga bek tanpa kelelahan,” jelas mantan pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, dalam ulasannya di The Guardian, Selasa (15/11/2016).
Yang lebih mengejutkan, beberapa playmaker yang identik dengan biasa bergerak bebas mulai menghilang. Di Chelsea, gelandang kreatif seperti Oscar dan Cesc Fabregas lebih banyak menghangatkan bangku cadangan. Sementara dua gelandang kreatif, Kevin de Bruyne dan David Silva, masih langganan menempati skuat City hanya mereka ditempatkan lebih ke belakang dan lebih disiplin. Sementara playmaker, Henrikh Mkhitaryan, nyaris tidak terlihat batang hidungnya di skuat Manchester United.
Sabtu, 19 November 2016
Penyerang Palsu dan Skema 3 Bek yang Naik Daun di Liga Inggris
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar