Kamis, 18 Mei 2017

Deretan Manajer Sepak Bola Eropa yang Setia Dengan Klubnya

Sir Alex Ferguson, nama yang sudah pasti diketahui oleh Premier League lovers dan tentunya, fans Manchester United. Ia melatih Man United selama 26 tahun delapan bulan (1986-2013), dan dianggap sebagai salah satu manajer terbaik Britania Raya dengan masa bakti terlama di Eropa. Benarkah demikian?

Menyoal manajer terbaik mungkin semua orang setuju akan hal tersebut, begitu juga rival-rival yang pernah dihadapinya, tak mudah melatih klub selama dua dekade lebih. Tapi, jika Anda beranggapan Ferguson sebagai manajer dengan dedikasi terlama di satu klub, maka Anda salah. Sebab, ada manajer lainnya yang melatih jauh lebih lama ketimbang Ferguson.

Siapa saja mereka?

1. GUY ROUX (44 TAHUN DI AUXERRE)

Ini dia salah satu pelatih yang memiliki masa bakti melebihi Ferguson. Roux melatih AJ Auxerre hampir setengah abad atau tepatnya selama 44 tahun pada periode 1961-2005. Pria kelahiran 18 Oktober 1938 mulai melatih Auxerre ketika ia masih bermain dan perlahan, meningkatkan performa Auxerre dari tim promosi hingga menjadi jawara Ligue 1.

Di era kepelatihannya, Auxerre banyak mengorbitkan pemain muda berbakat sekaliber Eric Cantona, Laurent Blanc, Djibril Cisse, dan Philippe Mexes. Roux juga sukses memberikan sembilan trofi kepada Auxerre, termasuk di antaranya titel Ligue 1, Ligue 2, empat Coupe de France, dan Piala Intertoto.

Beliau mundur pada 2005 di usia 66 tahun, kemudian melatih Lens pada 2007, sebelum akhirnya pensiun dengan catatan rekor 894 laga di Ligue 1. Dedikasinya patut diacungi jempol, dan mungkin, takkan pernah ada lagi pelatih seloyal dirinya.

2. WILLIE MALEY (43 TAHUN DI CELTIC)

Bukan cuma Roux yang memiliki masa bakti lebih lama dibanding Ferguson. Di negara asal kelahiran Ferguson, Skotlandia, juga ada pria bernama Willie Maley yang melatih Celtic selama 43 tahun dari 1897 hingga 1940. Pemilihannya sebagai manajer tepat 10 tahun setelah Celtic berdiri, dan Maley ditunjuk di usianya yang baru berumur 29 tahun.

Di saat sepakbola belum menjadi bisnis hiburan dan penuh tekanan kepada pelatih klub, Maley memiliki keleluasaan dalam membentuk tim yang kuat di Celtic. Ia membangun pondasi tim dari pemain-pemain muda berbakat yang memenangi enam titel Liga Skotlandia beruntun pada periode 1905-1910.

Maley hanya melatih Celtic seumur hidupnya sebelum meninggal pada 2 April 1958 di usia 89 tahun. Fisik dan raganya sudah tak ada di Celtic, namun, warisannya tak pernah lekang oleh waktu, terutamanya dengan kesuksesan yang pernah diraihnya dan masuk sejarah emas sepakbola Skotlandia.

Total, 30 gelar lebih diraih Maley bersama Celtic, di antaranya adalah 16 titel Liga Skotlandia dan 14 trofi Piala Skotlandia. Ia juga telah memenangi 1.045 pertandingan dari total 1.614 laga, dan juga mencatatkan rekor yang belum dipecahkan di sejarah sepakbola Britania Raya, yakni 62 laga beruntun tak pernah kalah yang dicatatkan Celtic dari 13 November 1915 hingga 21 April 1917.

3. RONNIE MCFALL (30 TAHUN DI PORTADOWN)

Sama tapi tak serupa. McFall sedianya menandatangani kontrak bersama klub barunya bersamaan dengan tahun ketika Ferguson dikontrak sebagai manajer anyar Man United, tapi, nasib keduanya jauh berbeda. Nama Ferguson sangat populer dari tahun ke tahun di seluruh dunia, sementara McFall, mungkin hanya dikenal oleh suporter sepakbola Irlandia Utara karena sejarah hebatnya bersama Portadown.

Pria bernama lengkap Ronald Joseph McFall ini pun mencatatkan tinta emas bersama klub yang pernah dibelanya sebagai pemain. McFall menangani Portadown selama 30 tahun sejak 1986 hingga 2016 (tiga tahun lebih banyak dari Ferguson) dan memberi titel perdana di musim pertamanya.

McFall mencatatkan 1.000 laga lebih bersama Portadown dan meraih total 23 trofi, termasuk di antaranya empat titel Liga Irlandia, tiga Piala Irlandia, serta enam trofi Piala Mid-Ulster. Selama pengabdiannya itu, McFall jadi orang pertama yang diberi penghargaan Armagh, Banbridge, dan Craigavon Area karena kontribusi besarnya dalam dunia olahraga. Sampai saat ini juga, ia tercatat sebagai manajer tersukses se-Irlandia Utara.

4. MICKEY EVANS (31 TAHUN DI CAERSWS)

Tiap manajer atau pelatih memiliki kebanggaannya tersendiri dengan kesuksesan yang diraih bersama klubnya masing-masing, tak peduli meski itu liga kecil seperti halnya divisi dua sepakbola Wales, Cymru Alliance. Hal itu dialami oleh Evans yang melatih Caersws selama 31 tahun pada periode 1983-2007.

Evans (69 tahun) loyal ketika masih bermain untuk Wolverhampton Wanderers dan Wrexham, dan dedikasinya itu berlanjut di karir kepelatihannya. Tiga dekade di Wales, Evans meraih tiga titel Piala Liga Wales dan bermain di Piala Intertoto UEFA pada 2002, mempopulerkan nama Caersws di Eropa.

Ia meninggalkan Caersws pada 2007 dan sempat menjajal pekerjaan sebagai pemandu bakat di Wrexham, sebelum kembali ke Caersws pada 2009. Kecintaannya kepada klub yang bermarkas di Recreation Ground itu berlanjut, ia ditunjuk sebagai Direktur Olahraga Caersws pada 2014 dan tongkat estafet manajer klub, dilanjutkan kepada putranya, Graham Evans.

5. BILL STRUTH (34 TAHUN DI RANGERS)

Celtic boleh bangga memiliki manajer terbaik sepanjang masa seperti Maley, tapi rival bebuyutan mereka, Rangers juga bisa membanggakan sosok bernama Bill Struth. Masa baktinya tidak selama Maley (43 tahun), tapi dari segi prestasi, Struth lebih baik darinya.

Lahir di Leith, Midlothian, Struth mulai melatih Rangers pada 1920, empat tahun setelah ia ditunjuk sebagai asisten manajer. Kematian tragis William Wilton (pelatih dan atasan Struth) mengangkat posisi Struth sebagai manajer utama, dan ia langsung memberikan sentuhan emasnya kepada The Light Blues – julukan Celtic.

Struth langsung memberikan titel Liga Skotlandia di musim perdananya dan menghapus kutukan 25 tahun tanpa gelar Piala Skotlandia pada 1928. Total, Struth memberikan 30 gelar kepada Rangers dengan detail 18 trofi Liga Skotlandia, 10 Piala Skotlandia, dan dua Piala Liga Skotlandia.

Atas dedikasinya itu, Struth dianugerahi penghargaan berupa patung dirinya yang dapat dilihat di tribun utama Ibrox. Manajemen juga menamai tribun itu dengan nama ‘Bill Struth Main Stand’, sebagai tanda jasa klub kepada pria yang meninggal pada 21 September 1956 di usia 81 tahun tersebut.

6. IGNACIO QUEREDA (27 TAHUN DI TIMNAS WANITA SPANYOL)

Bak pahlawan tanpa tanda jasa, Quereda memberikan dedikasinya kepada timnas wanita Spanyol tanpa menuntut pamrih. Pria kelahiran Madrid berusia 66 tahun ini melatih Las Sonadoras selama 27 tahun dari tahun 1988 hingga 2015, dan ia juga pernah melatih timnas wanita Spanyol U-19.

Dalam kurun waktu tersebut, Quereda hanya mampu meraih satu trofi saat membawa timnas U-19 menjuarai kejuaraan wanita U-19 UEFA pada 2004. Ia tak mampu memberikan trofi kepada timnas senior, namun, Quereda untuk kali pertama membawa timnya berpatisipasi di Piala Dunia Wanita pada 2015.

Kendati demikian, Quereda berbeda dari kebanyakan manajer dengan masa bakti lama lainnya. Karir mantan pemain akademi Real Madrid (La Fabrica) itu berakhir buruk di timnas Spanyol karena ia ‘dijatuhkan’ oleh anak asuhnya sendiri. Laura del Rio, pencetak 40 gol dari 39 laga bersama timnas wanita Spanyol, memimpin aksi protes kepada RFEF (Federasi Sepakbola Spanyol) agar Quereda dipecat.

Para pemain menginginkan adanya perubahan era, terutamanya karena di Piala Dunia 2015, Spanyol hanya meraih satu poin di penyisihan grup dan kalah dua kali oleh Kosta Rika serta Brasil. Quereda tahu akan hal tersebut dan ia mengundurkan diri sebelum menerima surat pemecatan dari RFEF.

7. VITTORIO POZZO (19 TAHUN DI TIMNAS ITALIA)

Guru sepakbola yang dianggap sebagai pencetus awal revolusi bukan hanya Jimmy Hogan, Arigo Sacchi, Johan Cruyff, dan Marcelo Bielsa, tapi jauh di era perang dunia satu-dua, ada pria asal Italia bernama Pozzo. Ia pencetus taktik 2-3-2-3 yang disebut “The Metodo of Vittorio Pozzo”, yang mengedepankan peran gelandang jangkar (regista) atau deep lying-playmaker.

Peramu taktik kelahiran Turin itu juga pelatih terlama yang pernah melatih timnas negara. Pozzo melatih Gli Azzurri selama 19 tahun sejak 1929-1948 dengan raihan terbesarnya, dua titel Piala Dunia 1934 dan 1938, sebelum akhirnya pensiun pada 1948 dan banting setir menjadi jurnalis di Stampa.

Pozzo meninggal di usia 21 Desember 1968 di usia 82 tahun dengan warisan taktiknya yang kini dikembangkan menjadi 4-3-3. Ia masih dianggap sebagai salah satu manajer terhebat sepanjang masa sepakbola.

8. JUAN SANTISTEBAN (20 TAHUN DI TIMNAS SPANYOL JUNIOR)

Masih dari Spanyol, ada lagi sosok yang mengabdikan dirinya untuk tim muda Spanyol di level U-16 hingga U-23, dia adalah Juan Santisteban Troyano. Dia bisa dikatakan sebagai gurunya pelatih timnas Indonesia, Luis Milla, karena Santisteban sudah sangat paham bagaimana menangani La Rojita.

Santisteban (80 tahun), yang pernah menjadi anggota skuat juara Madrid pada era 50 hingga 60-an, sudah wara wiri di timnas Spanyol selama 20 tahun dari 1988 hingga 2008. Selama dua dekade melatih bakat-bakat muda Negeri Matador, Santisteban sukses mempersembahkan delapan gelar dengan gelar bergengsi di antaranya adalah, empat titel Euro U-16, dua titel Euro U-17, dan satu trofi Euro U-19.

Namanya pun masuk sejarah sepakbola Spanyol sebagai satu-satunya pelatih yang memenangi banyak titel UEFA di berbagai level. Pada 2008 (setahun setelah Santitesban pensiun) ia bagaikan melihat bunga yang tumbuh besar dan indah, ketika melihat timnas muda Spanyol beraksi di era Milla

“Saya seorang pria tua yang telah melihat banyak hal dalam sepakbola, dan ini merupakan performa terbaik yang pernah saya saksikan dari tim muda manapun,” ucap Santisteban kala itu. Sebagian besar pemain muda Spanyol kala itu memang dikenalnya, dan mungkin diorbitkan oleh Santisteban. Tak ayal ia begitu terharu melihat anak-anak didiknya tumbuh besar dan dewasa dalam permainannya.

9. ARSENE WENGER (21 TAHUN DI ARSENAL)

Jika sedari tadi pembahasan pelatih atau manajer lebih banyak terjadi jauh di masa lalu (sampai ke era Perang Dunia), maka kini kami akan sedikit mengulas pelatih dengan masa bakti lama di era sepakbola modern. Salah satu di antaranya, Anda pasti sangat mengenalnya, ya, dia adalah Arsene Wenger.

Monsieur Wenger mulai melatih Arsenal pada 1996 dan perlahan membentuk pondasi, infrastruktur, hingga wajah tim menjadi salah satu klub besar Inggris dan dunia. Wenger sudah melatih The Gunners selama 21 tahun dan masih bertahan hingga saat ini, dengan raihan trofi yang menghiasi CV-nya seperti tiga titel Premier League, enam trofi Piala FA, dan enam titel Community Shield.

Pria Prancis berusia 67 tahun merupakan satu-satunya manajer dengan masa bakti terlama yang bertahan hingga saat ini, tapi, pengabdian Wenger tengah di ujung tanduk musim ini. Kontraknya akan berakhir dan fans Arsenal, tak menginginkannya lagi, alhasil, drama kontrak Wenger pun menjadi hal yang ditunggu pecinta sepakbola Eropa saat ini.

10. MIRCEA LUCESCU (12 TAHUN DI SHAKHTAR DONETSK)

Berpisah dengan klub yang dilatih selama 12 tahun tak mudah bagi seorang Lucescu, apalagi ia sudah banyak meninggalkan banyak hal positif selama melatih Shakhtar Donetsk pada kurun waktu 2004-2016. Contoh terbesar peninggalan berharga pelatih berusia 71 tahun itu adalah delapan titel Liga Ukraina, enam titel Piala Ukraina, tujuh trofi Piala Super Ukraina, dan titel Piala UEFA (kini bernama Europa League) pada 2008/09.

Bersama dengan kapten abadi Donetsk, Darijo Srna, Lucescu sangat populer di Ukraina hingga ia menerima penghargaan ‘Warga Terhormat’ dari pemerintah Kota Donetsk. Lucescu menjadikan Shakhtar sebagai tim kuat di Ukraina yang selalu berpatisipasi di Liga Champions, dan keberhasilannya bersama mereka kian menambah panjang CV kepelatihan Lucescu.

Pria yang menguasai enam bahasa ini pernah melatih Galatasaray, Besiktas, Inter Milan, Rapid Bucuresti, dan kini menangani klub asal Rusia, Zenit Sasint Petersburg. Patut dilihat, apakah Lucescu masih bisa melatih lama di satu klub, mengingat usianya kini sudah berusia 71 tahun.



http://indolivescore.com/deretan-manajer-sepak-bola-eropa-yang-setia-dengan-klubnya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar