"Saya sangat bangga menjadi warga Indonesia." Kalimat itu sempat tercetus dari mulut Stefano Lilipaly seusai laga semifinal kedua Piala AFF di Hanoi, Rabu lalu. Ia sebelumnya mencetak gol untuk mengantar Indonesia menahan tuan rumah 2-2 sehingga lolos ke final dengan kemenangan agregat 4-3.
Keluar dari mulut Lilipaly, kalimat itu terasa lebih bermakna. Pemain berusia 26 tahun ini menjadi satu-satunya pemain naturalisasi di timnas Piala AFF 2016 ini.
Lilipaly lahir di Arnhem, Belanda, pada 10 Januari 1990. Ayahnya, Ron Lilipaly, merupakan orang Indonesia, sedangkan ibunya, Adriana, adalah warga negara Belanda. Stefano sudah mulai bermain sepak bola sejak umur 7 tahun di klub amatir DCG. Dia sempat pindah ke tim junior AZ Alkmaar sebelum bergabung dengan tim junior FC Utrecht.
Dia termasuk yang dilirik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dalam proyek naturalisasi pemain besar-besaran pada 2010 dan 2011. Saat direkrut ia pernah mewakili timnas Belanda U-15 hingga U-18. Di level klub, ia juga dianggap cukup menjanjikan karena pernah bermain untuk tim junior AZ Alkmaar dan FC Utrecht.
Setelah dinaturalisasi ia sempat bermain di Persija Jakarta pada Liga Super Indonesia 2015, tapi kemudian memilih pulang ke Belanda setelah kompetisi bubar akibat pembekuan PSSI. Kini ia bermain di klub kasta kedua kompetisi Belanda, SC Telstar.
Di timnas ia memulai debutnya pada 14 Agustus 2013, saat melawan Filipina. Kala itu ia membuat satu assist untuk membantu Indonesia menang 2-0. Gol pertamanya baru datang pada Piala AFF 2016 ini. Selain ke gawang Vietnam, ia mencetak gol ke gawang Singapura.
Lilipaly saat ini menjadi salah satu ruh permainan timnas di lini tengah. Bersama Boaz Solossa dan Andik Vermansyah, ia bahkan dijuluki Trio BAS yang berperan penting buat timnas. Ketika ketiganya ditarik dalam laga semifinal kedua melawan Vietnam, permainan timnas seperti kehilangan arah dan terus dikurung.
Lilipaly bangga bisa membantu timnas lolos ke final. “Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kami telah berjuang keras dan lolos ke final,” ujar dia. "Ini sesuatu yang sangat gila."
Ia juga menikmati menjadi warga negara Indonesia. “Saya merasakan banyak koneksi dengan Indonesia. Keluarga saya di Belanda masih sangat tradisional, dan istri saya juga keturunan Indonesia sehingga saya juga menjaga darah Indonesia,” ujarnya seperti dikutip dari ESPN FC, 25 November lalu. “Saya masih merasakan koneksi itu, terutama ketika membela timnas Indonesia. Saya bangga membela tim nasional.”
Lilipaly berharap timnas bisa kembali memunculkan kegilaan di babak final melawan Thailand, 14 dan 17 Desember nanti. Ia mengaku akan tampil habis-habisan jika dimainkan pelatih Riedl di final nanti.
Meski begitu, ia yakin bukan perkara mudah menumbangkan tim Gajah Perang, julukan Thailand. "Mereka pasti akan berusaha pertahankan gelar juara. Yang jelas kami akan bermain tanpa beban, semoga saja malah bisa menang," kata Lilipaly.
Kemenangan itu sangat diharapkan oleh para pendukung timnas yang belakangan gundah melihat kondisi sepak bola nasional terus tak menentu. Mereka menunggu sebuah prestasi yang bisa membuat bangga, bisa mendongkrak kebanggaan sebagai orang Indonesia. Kita tunggu saja.
Senin, 12 Desember 2016
Final Piala AFF, Timnas dan Kebanggaan Jadi Orang Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar